BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar`Belakang
Betapa seringnya kita
membaca pernyataan pengurus, pelatih, dan komentator olahraga bahwa kekalahan
atlet kita di lapangan olahraga disebabkan oleh factor psikologis. Sebaliknya,
betapa langkahnya atau bahkan hamper tidak pernah kita mendengar atau membaca
pernyataan mereka bahwa kemenangan atlet di lapangan disebabkan oleh faktor
psikologis maaka faktor psikologis seolah-olah memiliki atribut negative bagi
diri seorang atlet. Padahal, banyak penelitian telah membuktikan bahwa factor
psikologis seringkali menjadi factor yang sangat menentukan bagi seorang atlet
untuk meraih kemenangan. Dalam olahraga prestasi, peran psikolog olahraga
dominan dalam mendongkrak prestasi para atlet. Weinberg dan Gould ( dalam
Satiadarma, 2000:22) menyatakan psikolog mempresepsi bentuk intervesi yang
dinilai berhasil untuk memperbaiki prestasi serta kondisi atlet ataupun
individu pada umumnya dalam hubungannya dengan kegiatan olahraganya Yaitu:
- Orientasi Behavioral
Orientasi behavioral
menekankan bahwa factor penentu perilaku atlet bersumber dari lingkungan.
Masalah kepribadian, presepsi serta proses berpikir atlet dianggap tidak
terlalu besar peranannya dibandingkan dengan peran factor eksternal seperti
diterapkannya penguat dan hukuman atas suatu perilaku sehingga mempengaruhi
munculnya perilaku. Hokum teori belajar yang mengemukakan bahwa pemberian
hadiah cenderung mempengaruhi idividu untuk mengulangi perilakunya merupakan
bukti bahwa perubahan perilaku dapat terlaksana dapat terlaksanan melalui
manipulasi lingkungan secara sistematis.
- Orientasi Psikofisiologis
Para penganut faham ini
bertanggapan bahwa untuk memahami perilaku seseorang dalam olhraga dan latihan
adalah melalui kajian proses fisiologis yang terjadi pada daerah otak dan
mempengaruhi aktivitas fisik seseorang. Penganut paham ini misalnya melakukan
studi korelasi untuk menemukan korelasi hubungan antara detak nadi, kerja
gelombang otak dan aktivitas otak.
- Orientasi Behavior-Koknitif
Penganut paham ini
beranggapan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun
proses berpikirnya. Karena dalam proses berpikir itu di tentukan pula bagaimana
seseorang menginterpretasikan kejadian di lingkungannya dan interpretasi
individu tersebu selanjutnya mempengaruhi perilaku individu atau respon
individu terhadap lingkungannya.
Tentu saja dengan bekal
ilmu psikologi. Perpaduan ilmu fisik manusia dengan ilmu psikis membuat
pemahaman terhadap manusia lebih komplet. Banyak metode pelatihan yang
merupakan sumbangan langsung dari dunia psikologi olahraga. Selain dengan
terjun langsung di lapangan, psikologi olahraga juga memberi sumbangan melalui
riset. Riset tentang hubungan antara gerak tubuh dan konsep mental memberikan
masukan bagi pengembangan teknik kepelatihan maupun pengembangan cabang
olahraga itu sendiri
- Rumusan Masalah
Berdasarkan kajian pada
latar belakang dan alasan pemilihan judul tersebut, maka permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini,sebagai berikut :
1. apa
yang dimaksud dengan penampilan puncak ?
2. bagaimana
karakteristik dari penampilan puncak itu sendiri ?
3. bagaimana
kondisi atlet saat mengalami penampilan puncak ?
4. apa
saja yang mempengaruhi atlet dalam penampilan puncak ?
5. apakah
ada syarat-syarat penampilan puncak ?
6. metode
atu model latihan yang bagaimana untuk mencapai penampilan puncak ?
- Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah diatas maka penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk Mengetahui
aspek psikologis yang paling berperan penting penampilan atlet.
- Manfaat
1. Manfaat teoritis
Makalah ini diharapkan dapat digunakan
untuk perkembangan khasanah keilmuan olahraga yang di fokuskan terhadap pengoptimalan
penampilan atlet saat bertanding.
2. Manfaaat praktis
a. Menambah pengetahuan serta pengalaman
penulis baik secara teori maupun praktek dalam metodologi kepelatihan dalam
mengoptimalkan kemampuan atlet.
b. Dapat digunakan mahasiswa, dosen,
guru dan lainnya sebagai sumber yang ingin di ketahui.
3.Penampilan puncak
Penampilan puncak adalah penampilan
optimum yang dapat dicapai seseorang hal ini merupakan bukan penampilan
maksimum. Dalam konteks ini bisa jadi seorang atlet tidak tampak berusaha
terlalu keras untuk memenangkan pertandingan namun apa yang dilakukan terlihat
minim kesalahan dan tetap selalu membuahkan hasil seperti harapan Anshel (dalam
Satiadarma, 2000 : 159)
BAB II
PEMBAHASAN
- Konsep Kondisi Psikologis
1. Pengertian Kondisi
Psikologis
Kondisi yaitu
persyaratan atau keadaan (Poermadarmita, 1976 : 519)). Psikologis berawal dari
kata psikologi, menurut Yusuf (dalam sumber, terlampir) Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai
dari perilaku sederhana sampai yang kompleks.. Ilmu psikologi diterapkan pula
ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga.
Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar
bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya
tanpa adanya hambatan dan faktor-faktor yang ada dalam kepribadiannya.
. Dengan kata lain,
tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat
menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya. maka dapat
disimpulkan maksud dari kondisi psikologis disini yaitu kondisi kejiwaan atlet.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi psikologis yaitu kondisi kejiwaan
atlet, dalam hal ini nampak dalam perilaku atlet sebelum, sesaat dan setelah
bertanding.
2. Peranan psikologi dalam meningkatkan
penampilan atlet
Untuk meningkatkan
penampilan puncak dari suatu tim, tidak terlepas dari peran pelatih dan
psikolog olahraga. Pelatih dan psikolog merupakan aset berharga yang dibutuhkan
atlet dalam tim, sehingga mereka mampu menjelaskan keuntungan dari pelatihan
keterampilan psikologis untuk tim. Pelatih dan psikolog akan mampu memprediksi
berbagai gejala psikologis yang terjadi dalam tim, dan mampu mengendalikan
gejala tersebut, dengan menerapkan berbagai metoda keterampilan psikologis
diantaranya adalah self-talk, imagery, konsentrasi, dan metoda intervensi
lainnya yang relevan dengan keadaan masalah yang sedang terjadi. Strategi atau
pendekatan pelatih dan psikolog dalam melakukan intervensi harus selalu
menunjukkan bersikap optimis, dan humor karena sikap tersebut dapat membantu
meningkatkan hubungan antara tim, membantu atlet tetap fokus pada tugas yang
sedang dipelajarinya, membantu mencegah kelelahan dan merangsang suasana yang
lebih memuaskan dalam pengalaman pelatihan terhadap tim
Psikologi olahraga bisa
menjadi factor yang sangat penting dibandingkan factor lain, seperti fisik,
tehnik dan strategi bahkan untuk kondisi tertentu, 90% keberhasilan seorang
atlet sangat bergantung pada ketangguhan mental ini. citra mental dan strategi
self-talk adalah dilaksanakan oleh atlet dalam rangka untuk mengatur gairah,
mengurangi perilaku menyesuaikan diri, merekonstruksi negative pikiran, dan
untuk meningkatkan konsentrasi seseorang dan focus (Peluso, dkk, 2005 : 544).
Salah satu aspek mental tersebut diantaranya adalah kepercayaan diri atlet. Cox
(dalam Sumber, terlapir) menegaskan bahwa “kepercayaan diri secara umum
merupakan bagian penting dari karakteristik kepribadian seseorang yang dapat
memfasilitasi kehidupan seseorang. Lebih lanjut dikatakan olehnya bahwa
kepercayaan diri yang rendah akan memiliki pengaruh negative terhadap penampilan
atlet”.
Hanya saja hal ini
sangat disayangkan. Dikatakan demikian mengingat kenyataan bahwa pentingnya
aspek kepercayaan diri atlet belum disadari olah para pelatih maupun pembina.
Pengetahuan tentang kepercayaan diri yang didapat dalam proses pembinaan
olahraga dan dalam proses latihan adalah sesuatu hal yang penting. Pelatih
dalam hubungannya dengan atlet tanpa didukung pengetahuan tentang tingkat
kepercayaan diri atlet dapat menjadi kendala dalam upayanya membina atlet untuk
meraih prestasi puncak. Begitu juga atlet yang tidak bisa mengendalikan
kepercayaan dirinya akan berdampak negatif.
Gould (dalam Sumber,
terlapir) menegaskan bahwa “Rasa percaya diri memberikan dampak positif
terhadap emosi, kosentrasi, sasaran, usaha strategi dan momentum”. Rasa percaya
diri yang tinggi akan menjadikan atlet lebih tenang , ulet tidak mudah pata
semangat, terus berusaha mengembangkan strategi, dan membuka berbagai peluang
bagi atlet tersebut untukmemperoleh momentum atau saat yang tepat untuk
bertindak (sumber, terlapir).
3. Aspek-aspek
Psikologis yang Berperan dalam Olahraga
Pengaruh faktor
psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut
bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling
sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan
pertandingan dan masa latihan.
a. Berpikir
Positif
Berpikir
positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah
positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet,
tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri
berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa
percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai
pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan
psikologis atau mental yang tangguh.
b. Penetapan
Sasaran
Penetapan
sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu
membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan
maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang,
menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.
c. Motivasi
Motivasi
dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan
bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan
sesuatu.
Ditinjau
dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang
berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri
(intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap
penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain
sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
d. Emosi
Faktor-faktor
emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi
terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya.
Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah,
cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap
orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kita
mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
e. Kecemasan
dan Ketegangan
Kecemasan
biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan,
rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya.
Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia
terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan
optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi
kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung dari macam kecemasannya.
f. Kepercayaan
Diri
Dalam
olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu
suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri
terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah
kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya,
sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman
bertanding yang memadai.
g. Komunikasi
Komunikasi
yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan
pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi
yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang
menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap
terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet
terhadap pelatih.
h. Konsentrasi
Konsentrasi
merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek
tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin
lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting
peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat
latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
i.
evaluasi diri
Evaluasi
diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada
dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan
dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal
pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain dapat memasang target latihan
maupun target pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk
mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk
mengulangi penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan buruk
(Sumber, terlapir).
- Konsep Penampilan Puncak
1. Pengertian Penampilan Puncak
Penampilan puncak
adalah penampilan optimum yang dapat dicapai seseorang hal ini merupakan bukan
penampilan maksimum. Dalam konteks ini bisa jadi seorang atlet tidak tampak
berusaha terlalu keras untuk memenangkan pertandingan namun apa yang dilakukan
terlihat minim kesalahan dan tetap selalu membuahkan hasil seperti harapan
Anshel (dalam Satiadarma, 2000 : 159). Oleh karena itu, bisa saja seorang atlet
tidak tampak berusaha terlalu keras untuk memenangkan pertandingan, tetapiumum
menganggap dewi fortuna berpihak padanya.artinya pada saat tersebut atlet
hampir tidak melakukan kesalahan sama sekali .
Dalam beberapa kasus
penampilan puncak memang terkait dengan status juara. Namun dalm kasus lain ,
penampilan puncak tidak harus menghasilkan juara.seorang atlet mungkin tidak
tengah berada pada kondisi puncak , tetapi lawan-lawan yang dihadapi dalam
kondisi prima, maka besar kemungkinan ia akan menang dan orang dapat menduga
bahwa ia berada dalam keadaan puncaknya.
Dari uraian tersebut
dapat diperoleh gambaran bahwa :
- penampilan puncak tidak sama dengan menjadi juara
- seorang juara belum tentumempeeroleh gelar juaranya pada saat ia berada pada kondisi penampilan puncaknya.
- Penampilan puncak atlet dapat terjadi hanya sekali dalam kehidupan seorang atlet, dapat pula berung kali.
- Penampilan puncak atlet pada suatu situasi sulit dibedakan dengan penampilan puncak pada saat situasi yang lainnya karena berperannya sejumlah faktor eksternal secara kompleks.
- Penampilan prestasi puncak hendaknya tidak dijadikan jaminan serta tolak ukur bahwa seorang atlet harus menjadi juara
- Penampilan puncak hanya membuka peluang yang lebih besar dari bagi seorang atlet untuk tampil dengan baik dalam pertandingan.
2. Karakteristik Penampilan puncak
Ravizza (dalam
Satiadarma, 2000 : 163) menjelaskan bahwa 80% atlet yang mengalami apa yang
dikenal sebagai momentum besar olahraga melaporkan bahwa dalam kondisi mereka
mengalami hal-hal seperti:
a. Hilangnya rasa
takut, mereka tidak merasa takut untuk gagal
b. Tidak terlalu
memikirkan penampilan
c. Terlibat secara
mendalam didalam aktivitas olahraganya
d. Penyempitan dan
pemusatan perhatian
e. Merasakan tidak
terlalu berupaya, tidak memaksakan sesuatu berjalan dengan
sendirinya
f. Merasakan demikian
mudah untuk mengendalikan segalanya disorientasi waktu dan
tempat, seolah-olah hal lain menjadi lebih
lambat, dan peluang untuk melakukan
sesuatu menjadi demikian besar
g. Segala sesuatunya
sepertinya demikian menyatu dan terintegrasi dengan baik
h. Perasaan akan adanya
sesuatu keunikan yang berlangsung seolah-olah tanpa
disadari, dan bersifat sementara.
Loehr (dalam
Satiadarma, 2000 : 164) menambahkan bahwa “ perasaan para atlet saat bermain
seperti kesetanan namun sangat terkendali. Mereka merasakan waktu bergerak
sangat lambat sehingga mereka tidak harus terburu-buru dan segala sesuatunya
terselesaikan dengan baik, mereka merasakan mampu berkosentrasi dengan demikian
baiknya dan sangat menikmati aktivitas yang dilakukan”.
3. kondisi atlet saat berada dalam
penampilan puncak
Menurut Grfield dan Bannett ( 1984 )
menjelaskan bahwa ada 8 ( delapan )mkondisi spesifik atlet pada saat mereka
berada dalam penampilan puncaknya.
a) Mental
rileks. Atlet tidak merasa terburu –
buru atau diburu – buru waktu untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya, mereka
mereka melakukan aktivitasnya dengan tenang, efektif , dan melampaui batas
waktu, karena merasa pergerakan waktu lebih lambat daripada pergerakan mereka.
b) Fisik
rileks. Atlet tidak merasakan adnya ketegangan ., atau kesulitan dalam
melakukan gerakan . aktifitas motoriknya dapat dilakukan dengan mudah,
refleksnya terarah secara tepat dan akurat.
c) Optimis.percaya
diri, yakin terhadap apa yang dilakukan akan membuahkan hasil sesuai dengan
harapan.
d) Terpusat
pada sebuah kekinian. Keseimbanga n psikofisik , segala sesuatu bekerja secara
harmonis sebagai suatu kesatuan yang selaras dan berlangsung secar optimis pada
saat kini.
e) Berenergi
tinggi.
f) Kesadarn
tinggi. Atlet memiliki kesadaran tinggi tentang apa yang terjadi pada dirinya
dan pada lawannya. Misalnya, peka terhadap perubahan posisi , sasaran ,
serangan, pertahanan, dan sebagainya. Atlet peka terhadap rangsangan dan mampu
mengantisipasi rangsangan secara akurat.
g) Terkendali.
Segala sesuatu berlangsung seperti ada hal lain yang mengendalikan.segala
sesuatu berlangsung dengan benar.
h) Terseludang.
Atlet merasa berada dalm kepompong, sehingga mampu menutup pengindraannya dari
gangguan –gangguan eksternal maupun internal. Sehingga, atlet mudah mengakses
keterampilan psikologisnya dan menyingkirkan berbagai kendala atau hambatan
psikofisik dalam menjawab tantangan.
4. Elemen-elemen penampilan puncak
McCaffrey dan Orlick (dalam Gunarsa,
2000 : 167) menyimpulkan sejumlah elemen yang berperan besar pada atlet pada
penampilan puncak mereka. Elemen-elemen tersebut meliputi.
a. Komitmen
penuh. Dia bersungguh-sungguh dalam latihan dan berkeyakinan
untuk meningkatkan potensi diri
b. Kualitas
diatas kuantitas. Para atlet libih mementingkan kualitas dibandingkan dengan kuantitas
latihan yang cenderung memperoleh hasil yang kurang maksimal.
c. Sasaran
yang jelas. Dengan berlatih, mereka memiliki sasaran yang jelas tentang apa tujuan
latihan yang mereka lakuakan.
d. Latihan
“imagery” setiap hari. Hal ini akan mempertajam imaji yang ia bangkitkan serta gambaran
menjadi rancangan gambar tindakan yang akan ia lakukan.
e. Memusatkan
pikiran.
f. Mengenali
situasi yang menekan.para atlet harus belajar memahami hal-hal
yang harus mereka lakuakan pada saat
mereka menghadapi situasi yang menekan.
g. Berlatih
dan merencanakan mengikuti pertandingan
h. Memusatkan
perhatian pada pertandingan yang akan diikuti.
i.
Menggunakan stategi untuk mengendalikan
gangguan
j.
Melakuakan evaluasi pasca tanding
k. Memahami secara jelas perbedaan kondisi
bermain baik dan bermain buruk.
5. Syarat penampilan puncak
Jackson ( 1988 )
mengemukakan bahwa hal yang mendasari seorang atlet berada pada kondisi
penampilan puncaknya yaitu alur internal ( flow ). Csikszentmihalhay ( 1990 )
mengatakan bahwa alur internal adalah landasan motivasi intrinsik yaitu
motivasi yang didorong oleh perolehan hadiah yang bersifat internal.misalnya
adalah kepuasan, kebanggaan , kenikmatan, harga diri dan lain sebagainya yang
berasal dari dalm diri individual yang bersangkutan.
Karakteristik dari alur
internal meliputi :
a) Perasaan
terkendali atau mampu mengendalikan situasi
b) Percaya
diri penuh
c) Perasaan
terlibat secra penuh
d) Keyakinan
untuk tidak berbuat kesalahan.
6.metode latihan untuk mencapai latihan
puncak
Menurut Orlick dan
Partington ( 1988 ), Untuk mencapai ppenampilan puncak para atlet menggunakan
latihan mental pada latihan sehari – hharinya. Latihan menntal yang dikenal
dengan imaji sistematis ( Syistematic imagery ) dilakukan sekurang – kurangnya
sekali dalm sehari. Selama lebih kurang 12 menit da empat kali dalam seminggu. Menurut
Enklund ( 1991 ) , gagalnya sejumlah atlet disebabka karena terganggunya
konsentrasi mereka pada saat pertandingan.sementara itu, menurut Garfield dan
ennett ( 1984 )mengajukan sejumlah teknik latihan mental melalui metode perencanaan
sasaran ( goal setting ) , latihan konsentrasi untuk mengendalikan kondisi
psikofisik serta metode “ mental rehearsal “ agar atlet mampu mencapai
penampilan puncak.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aspek
psikologis yang paling berperan penting dalam penampilan atlet yaitu
kepercayaan diri, kepercayaaan diri secara umum merupakan bagian penting dari
karakteristik kepribadian seseorang yang dapat memfasilitasi kehidupan
seseorang. Lebih lanjut dikatakan olehnya bahwa kepercayaan diri yang rendah
akan memiliki pengaruh negative terhadap penampilan atlet
sepertinya akan lebih bagus kalau dicantumkan juga daftar pustakanya...terimakasih banyak postingannya sangat membantu.. :)
BalasHapus