Jumat, 20 Desember 2013

PENAMPILAN PUNCAK SEORANG ATLET



BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar`Belakang
Betapa seringnya kita membaca pernyataan pengurus, pelatih, dan komentator olahraga bahwa kekalahan atlet kita di lapangan olahraga disebabkan oleh factor psikologis. Sebaliknya, betapa langkahnya atau bahkan hamper tidak pernah kita mendengar atau membaca pernyataan mereka bahwa kemenangan atlet di lapangan disebabkan oleh faktor psikologis maaka faktor psikologis seolah-olah memiliki atribut negative bagi diri seorang atlet. Padahal, banyak penelitian telah membuktikan bahwa factor psikologis seringkali menjadi factor yang sangat menentukan bagi seorang atlet untuk meraih kemenangan. Dalam olahraga prestasi, peran psikolog olahraga dominan dalam mendongkrak prestasi para atlet. Weinberg dan Gould ( dalam Satiadarma, 2000:22) menyatakan psikolog mempresepsi bentuk intervesi yang dinilai berhasil untuk memperbaiki prestasi serta kondisi atlet ataupun individu pada umumnya dalam hubungannya dengan kegiatan olahraganya Yaitu:
  1. Orientasi Behavioral
Orientasi behavioral menekankan bahwa factor penentu perilaku atlet bersumber dari lingkungan. Masalah kepribadian, presepsi serta proses berpikir atlet dianggap tidak terlalu besar peranannya dibandingkan dengan peran factor eksternal seperti diterapkannya penguat dan hukuman atas suatu perilaku sehingga mempengaruhi munculnya perilaku. Hokum teori belajar yang mengemukakan bahwa pemberian hadiah cenderung mempengaruhi idividu untuk mengulangi perilakunya merupakan bukti bahwa perubahan perilaku dapat terlaksana dapat terlaksanan melalui manipulasi lingkungan secara sistematis.
  1. Orientasi Psikofisiologis
Para penganut faham ini bertanggapan bahwa untuk memahami perilaku seseorang dalam olhraga dan latihan adalah melalui kajian proses fisiologis yang terjadi pada daerah otak dan mempengaruhi aktivitas fisik seseorang. Penganut paham ini misalnya melakukan studi korelasi untuk menemukan korelasi hubungan antara detak nadi, kerja gelombang otak dan aktivitas otak.
  1. Orientasi Behavior-Koknitif
Penganut paham ini beranggapan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun proses berpikirnya. Karena dalam proses berpikir itu di tentukan pula bagaimana seseorang menginterpretasikan kejadian di lingkungannya dan interpretasi individu tersebu selanjutnya mempengaruhi perilaku individu atau respon individu terhadap lingkungannya.
Tentu saja dengan bekal ilmu psikologi. Perpaduan ilmu fisik manusia dengan ilmu psikis membuat pemahaman terhadap manusia lebih komplet. Banyak metode pelatihan yang merupakan sumbangan langsung dari dunia psikologi olahraga. Selain dengan terjun langsung di lapangan, psikologi olahraga juga memberi sumbangan melalui riset. Riset tentang hubungan antara gerak tubuh dan konsep mental memberikan masukan bagi pengembangan teknik kepelatihan maupun pengembangan cabang olahraga itu sendiri

  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan kajian pada latar belakang dan alasan pemilihan judul tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini,sebagai berikut :
1.      apa yang dimaksud dengan penampilan puncak ?
2.      bagaimana karakteristik dari penampilan puncak itu sendiri ?
3.      bagaimana kondisi atlet saat mengalami penampilan puncak ?
4.      apa saja yang mempengaruhi atlet dalam penampilan puncak ?
5.      apakah ada syarat-syarat penampilan puncak ?
6.      metode atu model latihan yang bagaimana untuk mencapai penampilan puncak ?

  1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk Mengetahui aspek psikologis yang paling berperan penting penampilan atlet.

  1. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk perkembangan khasanah keilmuan olahraga  yang di fokuskan terhadap pengoptimalan penampilan atlet saat bertanding.
2. Manfaaat praktis
a. Menambah pengetahuan serta pengalaman penulis baik secara teori maupun praktek dalam metodologi kepelatihan dalam mengoptimalkan kemampuan atlet.
b. Dapat digunakan mahasiswa, dosen, guru dan lainnya sebagai sumber yang ingin di ketahui.
3.Penampilan puncak
Penampilan puncak adalah penampilan optimum yang dapat dicapai seseorang hal ini merupakan bukan penampilan maksimum. Dalam konteks ini bisa jadi seorang atlet tidak tampak berusaha terlalu keras untuk memenangkan pertandingan namun apa yang dilakukan terlihat minim kesalahan dan tetap selalu membuahkan hasil seperti harapan Anshel (dalam Satiadarma, 2000 : 159)
























         BAB II
PEMBAHASAN

  1. Konsep Kondisi Psikologis
1. Pengertian Kondisi Psikologis
Kondisi yaitu persyaratan atau keadaan (Poermadarmita, 1976 : 519)). Psikologis berawal dari kata psikologi, menurut Yusuf (dalam sumber, terlampir) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks.. Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan faktor-faktor yang ada dalam kepribadiannya.
. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya. maka dapat disimpulkan maksud dari kondisi psikologis disini yaitu kondisi kejiwaan atlet. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi psikologis yaitu kondisi kejiwaan atlet, dalam hal ini nampak dalam perilaku atlet sebelum, sesaat dan setelah bertanding.

2.  Peranan psikologi dalam meningkatkan penampilan atlet
Untuk meningkatkan penampilan puncak dari suatu tim, tidak terlepas dari peran pelatih dan psikolog olahraga. Pelatih dan psikolog merupakan aset berharga yang dibutuhkan atlet dalam tim, sehingga mereka mampu menjelaskan keuntungan dari pelatihan keterampilan psikologis untuk tim. Pelatih dan psikolog akan mampu memprediksi berbagai gejala psikologis yang terjadi dalam tim, dan mampu mengendalikan gejala tersebut, dengan menerapkan berbagai metoda keterampilan psikologis diantaranya adalah self-talk, imagery, konsentrasi, dan metoda intervensi lainnya yang relevan dengan keadaan masalah yang sedang terjadi. Strategi atau pendekatan pelatih dan psikolog dalam melakukan intervensi harus selalu menunjukkan bersikap optimis, dan humor karena sikap tersebut dapat membantu meningkatkan hubungan antara tim, membantu atlet tetap fokus pada tugas yang sedang dipelajarinya, membantu mencegah kelelahan dan merangsang suasana yang lebih memuaskan dalam pengalaman pelatihan terhadap tim
Psikologi olahraga bisa menjadi factor yang sangat penting dibandingkan factor lain, seperti fisik, tehnik dan strategi bahkan untuk kondisi tertentu, 90% keberhasilan seorang atlet sangat bergantung pada ketangguhan mental ini. citra mental dan strategi self-talk adalah dilaksanakan oleh atlet dalam rangka untuk mengatur gairah, mengurangi perilaku menyesuaikan diri, merekonstruksi negative pikiran, dan untuk meningkatkan konsentrasi seseorang dan focus (Peluso, dkk, 2005 : 544). Salah satu aspek mental tersebut diantaranya adalah kepercayaan diri atlet. Cox (dalam Sumber, terlapir) menegaskan bahwa “kepercayaan diri secara umum merupakan bagian penting dari karakteristik kepribadian seseorang yang dapat memfasilitasi kehidupan seseorang. Lebih lanjut dikatakan olehnya bahwa kepercayaan diri yang rendah akan memiliki pengaruh negative terhadap penampilan atlet”.
Hanya saja hal ini sangat disayangkan. Dikatakan demikian mengingat kenyataan bahwa pentingnya aspek kepercayaan diri atlet belum disadari olah para pelatih maupun pembina. Pengetahuan tentang kepercayaan diri yang didapat dalam proses pembinaan olahraga dan dalam proses latihan adalah sesuatu hal yang penting. Pelatih dalam hubungannya dengan atlet tanpa didukung pengetahuan tentang tingkat kepercayaan diri atlet dapat menjadi kendala dalam upayanya membina atlet untuk meraih prestasi puncak. Begitu juga atlet yang tidak bisa mengendalikan kepercayaan dirinya akan berdampak negatif.
Gould (dalam Sumber, terlapir) menegaskan bahwa “Rasa percaya diri memberikan dampak positif terhadap emosi, kosentrasi, sasaran, usaha strategi dan momentum”. Rasa percaya diri yang tinggi akan menjadikan atlet lebih tenang , ulet tidak mudah pata semangat, terus berusaha mengembangkan strategi, dan membuka berbagai peluang bagi atlet tersebut untukmemperoleh momentum atau saat yang tepat untuk bertindak (sumber, terlapir).

3. Aspek-aspek Psikologis yang Berperan dalam Olahraga
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.
a.       Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
b.      Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.
c.       Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
d.      Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
e.       Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung dari macam kecemasannya.
f.       Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai.
g.      Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
h.      Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
i.        evaluasi diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan buruk (Sumber, terlapir).

  1. Konsep Penampilan Puncak
1. Pengertian Penampilan Puncak
Penampilan puncak adalah penampilan optimum yang dapat dicapai seseorang hal ini merupakan bukan penampilan maksimum. Dalam konteks ini bisa jadi seorang atlet tidak tampak berusaha terlalu keras untuk memenangkan pertandingan namun apa yang dilakukan terlihat minim kesalahan dan tetap selalu membuahkan hasil seperti harapan Anshel (dalam Satiadarma, 2000 : 159). Oleh karena itu, bisa saja seorang atlet tidak tampak berusaha terlalu keras untuk memenangkan pertandingan, tetapiumum menganggap dewi fortuna berpihak padanya.artinya pada saat tersebut atlet hampir tidak melakukan kesalahan sama sekali .
Dalam beberapa kasus penampilan puncak memang terkait dengan status juara. Namun dalm kasus lain , penampilan puncak tidak harus menghasilkan juara.seorang atlet mungkin tidak tengah berada pada kondisi puncak , tetapi lawan-lawan yang dihadapi dalam kondisi prima, maka besar kemungkinan ia akan menang dan orang dapat menduga bahwa ia berada dalam keadaan puncaknya.
Dari uraian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa :
  1. penampilan puncak tidak sama dengan menjadi juara
  2. seorang juara belum tentumempeeroleh gelar juaranya pada saat ia berada pada  kondisi penampilan puncaknya.
  3. Penampilan puncak atlet dapat terjadi hanya sekali dalam kehidupan seorang atlet, dapat pula berung kali.
  4. Penampilan puncak atlet pada suatu situasi sulit dibedakan dengan penampilan puncak pada saat situasi yang lainnya karena berperannya sejumlah faktor eksternal secara kompleks.
  5. Penampilan prestasi puncak hendaknya tidak dijadikan jaminan serta tolak ukur bahwa seorang atlet harus menjadi juara
  6. Penampilan puncak hanya membuka peluang yang lebih besar dari bagi seorang atlet untuk tampil dengan baik dalam pertandingan.

2. Karakteristik Penampilan puncak
Ravizza (dalam Satiadarma, 2000 : 163) menjelaskan bahwa 80% atlet yang mengalami apa yang dikenal sebagai momentum besar olahraga melaporkan bahwa dalam kondisi mereka mengalami hal-hal seperti:
a. Hilangnya rasa takut, mereka tidak merasa takut untuk gagal
b. Tidak terlalu memikirkan penampilan
c. Terlibat secara mendalam didalam aktivitas olahraganya
d. Penyempitan dan pemusatan perhatian
e. Merasakan tidak terlalu berupaya, tidak memaksakan sesuatu berjalan dengan
    sendirinya
f. Merasakan demikian mudah untuk mengendalikan segalanya disorientasi waktu dan
    tempat, seolah-olah hal lain menjadi lebih lambat, dan peluang untuk melakukan
    sesuatu menjadi demikian besar
g. Segala sesuatunya sepertinya demikian menyatu dan terintegrasi dengan baik

h. Perasaan akan adanya sesuatu keunikan yang berlangsung seolah-olah tanpa
    disadari, dan bersifat sementara.

Loehr (dalam Satiadarma, 2000 : 164) menambahkan bahwa “ perasaan para atlet saat bermain seperti kesetanan namun sangat terkendali. Mereka merasakan waktu bergerak sangat lambat sehingga mereka tidak harus terburu-buru dan segala sesuatunya terselesaikan dengan baik, mereka merasakan mampu berkosentrasi dengan demikian baiknya dan sangat menikmati aktivitas yang dilakukan”.

3. kondisi atlet saat berada dalam penampilan puncak
Menurut Grfield dan Bannett ( 1984 ) menjelaskan bahwa ada 8 ( delapan )mkondisi spesifik atlet pada saat mereka berada dalam penampilan puncaknya.
a)      Mental rileks. Atlet tidak merasa  terburu – buru atau diburu – buru waktu untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya, mereka mereka melakukan aktivitasnya dengan tenang, efektif , dan melampaui batas waktu, karena merasa pergerakan waktu lebih lambat daripada pergerakan mereka.
b)      Fisik rileks. Atlet tidak merasakan adnya ketegangan ., atau kesulitan dalam melakukan gerakan . aktifitas motoriknya dapat dilakukan dengan mudah, refleksnya terarah secara tepat dan akurat.
c)      Optimis.percaya diri, yakin terhadap apa yang dilakukan akan membuahkan hasil sesuai dengan harapan.
d)     Terpusat pada sebuah kekinian. Keseimbanga n psikofisik , segala sesuatu bekerja secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang selaras dan berlangsung secar optimis pada saat kini.
e)      Berenergi tinggi.
f)       Kesadarn tinggi. Atlet memiliki kesadaran tinggi tentang apa yang terjadi pada dirinya dan pada lawannya. Misalnya, peka terhadap perubahan posisi , sasaran , serangan, pertahanan, dan sebagainya. Atlet peka terhadap rangsangan dan mampu mengantisipasi rangsangan secara akurat.
g)      Terkendali. Segala sesuatu berlangsung seperti ada hal lain yang mengendalikan.segala sesuatu berlangsung dengan benar.
h)      Terseludang. Atlet merasa berada dalm kepompong, sehingga mampu menutup pengindraannya dari gangguan –gangguan eksternal maupun internal. Sehingga, atlet mudah mengakses keterampilan psikologisnya dan menyingkirkan berbagai kendala atau hambatan psikofisik dalam menjawab tantangan.
4. Elemen-elemen penampilan puncak
McCaffrey dan Orlick (dalam Gunarsa, 2000 : 167) menyimpulkan sejumlah elemen yang berperan besar pada atlet pada penampilan puncak mereka. Elemen-elemen tersebut meliputi.

a.       Komitmen penuh. Dia bersungguh-sungguh dalam latihan dan berkeyakinan
      untuk meningkatkan potensi diri
b.      Kualitas diatas kuantitas. Para atlet libih mementingkan kualitas dibandingkan dengan kuantitas latihan yang cenderung memperoleh hasil yang kurang maksimal.
c.       Sasaran yang jelas. Dengan berlatih, mereka memiliki sasaran yang jelas tentang apa tujuan latihan yang mereka lakuakan.
d.      Latihan “imagery” setiap hari. Hal ini akan mempertajam imaji yang ia bangkitkan serta gambaran menjadi rancangan gambar tindakan yang akan ia lakukan.
e.       Memusatkan pikiran.
f.       Mengenali situasi yang menekan.para atlet harus belajar memahami hal-hal
      yang harus mereka lakuakan pada saat mereka menghadapi situasi yang menekan.
g.      Berlatih dan merencanakan mengikuti pertandingan
h.      Memusatkan perhatian pada pertandingan yang akan diikuti.
i.        Menggunakan stategi untuk mengendalikan gangguan
j.        Melakuakan evaluasi pasca tanding
k.   Memahami secara jelas perbedaan kondisi bermain baik dan bermain buruk.

5. Syarat penampilan puncak
Jackson ( 1988 ) mengemukakan bahwa hal yang mendasari seorang atlet berada pada kondisi penampilan puncaknya yaitu alur internal ( flow ). Csikszentmihalhay ( 1990 ) mengatakan bahwa alur internal adalah landasan motivasi intrinsik yaitu motivasi yang didorong oleh perolehan hadiah yang bersifat internal.misalnya adalah kepuasan, kebanggaan , kenikmatan, harga diri dan lain sebagainya yang berasal dari dalm diri individual yang bersangkutan.
Karakteristik dari alur internal meliputi :
a)      Perasaan terkendali atau mampu mengendalikan situasi
b)      Percaya diri penuh
c)      Perasaan terlibat secra penuh
d)     Keyakinan untuk tidak berbuat kesalahan.

6.metode latihan untuk mencapai latihan puncak
Menurut Orlick dan Partington ( 1988 ), Untuk mencapai ppenampilan puncak para atlet menggunakan latihan mental pada latihan sehari – hharinya. Latihan menntal yang dikenal dengan imaji sistematis ( Syistematic imagery ) dilakukan sekurang – kurangnya sekali dalm sehari. Selama lebih kurang 12 menit da empat kali dalam seminggu. Menurut Enklund ( 1991 ) , gagalnya sejumlah atlet disebabka karena terganggunya konsentrasi mereka pada saat pertandingan.sementara itu, menurut Garfield dan ennett ( 1984 )mengajukan sejumlah teknik latihan mental melalui metode perencanaan sasaran ( goal setting ) , latihan konsentrasi untuk mengendalikan kondisi psikofisik serta metode “ mental rehearsal “ agar atlet mampu mencapai penampilan puncak.





























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Aspek psikologis yang paling berperan penting dalam penampilan atlet yaitu kepercayaan diri, kepercayaaan diri secara umum merupakan bagian penting dari karakteristik kepribadian seseorang yang dapat memfasilitasi kehidupan seseorang. Lebih lanjut dikatakan olehnya bahwa kepercayaan diri yang rendah akan memiliki pengaruh negative terhadap penampilan atlet

1 komentar:

  1. sepertinya akan lebih bagus kalau dicantumkan juga daftar pustakanya...terimakasih banyak postingannya sangat membantu.. :)

    BalasHapus