Jumat, 20 Desember 2013

VARIASI BELAJAR



VARIASI BELAJAR

Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Karna sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, orang akan senang bila hidup ini diisi dengan penuh variasi (bermacam-macam) dalam artian yang positif dan akan lebih menyenangkan serta merangsang dalam kehidupan.

Misalnya : bila seorang guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan bagi siswanya. Seperti perhatianakan berkurang, mengantuk, dan akibatnya, tujuan belajar tidak tercapai. Jadi seorang guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswanya.

Ada tiga keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar, yaitu : variasi dalam gaya belajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

Begitu juga dengan pengelolaan kelas, yang merupakan masalah pokok yang di hadapi seorang guru, baik pemula maupun yang sudah pengalaman. Pengelolaan kelas yang aktif adalah syarat bagi pengajar yang efektif. Pengelolaan kelas di sini adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara  kondisi belajar yang optimal.

Pengembangan Variasi Mengajar

A.        Tujuan variasi mengajar

1.     Meningakatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang di berikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru , karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yabg di berikan guru.

Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang di rasakan siswa lebih menrik daripada materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi pelajaran yang di berikan guru.

Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar,karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang Guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatau pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan didalam diri siswa.Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.

Karena itu, Guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya,apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.


2.      Memberikan kesempatan berfungsinya motivasi.
     
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar.Maka dari itu, Guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak didalam diri setiap siswa selama pelajaran berlangsung.

Dalam proses belajar mengajar dikelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi jadi seorang siswa menyenanginya,tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi Guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan . Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,bukanlah masalah bagi Guru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi,yaitu motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan Guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan Guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi,yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat,motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

3.      Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

      Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang Guru. Sikap negatif ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh Guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika Guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.

Kurang senangnya seorang siswa terhadap Guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar Guru yang kurang bervariasi. Gaya mengajar Guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode lain. Misalnya metode diskusi,resitasi,Tanya jawab, problem solving atau cerita.

Ketika mengajar , guru selalu duduk dengan santainya di kursi, tak pduli bagaimana tingkah laku dan perbuatan anak didik, adalah jalan pengajaran yang cepat membosankan. Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut- sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak,yaitu guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa.

Guru yang bijaksana adalah guru yang yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari disekolah tidak jarang dipertanyakan . siswa merasa rindu untuk selalu dekat disisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannnya yang sesuai dengan psikologis siswa.

Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Disela- sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif , jauh dari sikap permusuhan.

4.      Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual.

      Sebagai seseorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar.

Penguasaan metode mengajar yang di tuntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode,tetapi lebih banyak dari itu. Karena diakui , penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan guru untuk melakukan pemilihn metode, mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar di kelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut( metode, media dan pembelajaran) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna sebagai alat Bantu pengajaran. Fungsinya sebagai alat peraga. Sebagai sumber belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus dilakukan . sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternative yang tersedia untuk melakukan pemilihan.

Misalnya , kurangnya buku yang tesedia untuk suatu bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih dominant dan sulit bagi guru untuk melakukan pendekatan individual. Kurangnya fasilitas untuk bidang studi IPA( biologi, kimia, atau fisika)menyebabkan kurangnya keampuhan meted demonstrasi atau metode eksperimin. Maka alternatif yang sangat terpaksa guru melakukuan adalah memilih metode ceramah dan meted Tanya jawab atau metode alat kadarnya, ketimbang tidak ada kegiatan sama sekali.

5.      Mendorong anak didik untuk belajar.

Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.
Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik adalah motivasi instrinsif yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya jarang ditemukan bahwa semua anak didik mempunyai motivasi instrinsik yang sama. Artinya, setiap anak yang hadir didalam kelas selalu membawa motivasi yang berbeda. Perbedaan motivasi itu terlihat dari sikap dan perbuatan mereka ketika menerima materi pelajaran dari guru.

Pada satu sisi ada anak didik yang senang menerima materi pelajaran tertentu,tetapi dilain pihak ada juga anak didik yang kurang senang menerima materi pelajaran tertentu. Gejalanya terlihat ada anak didik yang malas mencatat, malas memperhatikan penjelasan guru, dan sebagainya.

Gejala adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disini lah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini cara yang akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, maupun dalam interaksi guru dengan anak didik.

Ketika komponen variasi mengajar sebagaimana disebutkan diatas tentu saja menyeret kegiatan belajar anak didik kedalam berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif. Anak didik bergairah belajar.

B.     Prinsip penggunaan

Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian bagi seorang guru, karna apa pun kegiatan yang guru lakukan adalh tidak lain untuk bagaimana lingkungan yang tercipta itu menyenangkan hati menggairahkan belajar semua siswa.
Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk actif dan kreatif belajar, di perlukan belajar yang kondusif, dengan cara memperhatikan penggunaan variasi dalam mengajar. Adapun prinsip-prinsip variasi mengajar sebagai berikut :
1.      Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi di gaunakan, demi untuk mencapai tujuan belajar.
2.      Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, dan perhatian anak didik serta proses belajar tidak terganggu.
3.      Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.

C.    Komponen-komponen variasi mengajar

1.      Variasi Gaya Mengajar
Variasi ini pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan, dan variasi pemindahan posisi guru dalam kelas. Karna bagi siswa,variasi tersebut dilihat debagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semua memiliki relevansi dengan hasil belajar.


  1. Variasi suara
    Suara guru dapat bervariasi dalam interaksi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat mendramatiasi suatu peristiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam dengan anak didik yang kurang perhatian, dan seterusnya.

  1.  Penekanan (focusing)
    Unuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru data menggunakan “penekanan secara verbal” misalnya, “perhatikan baik-baik. Nah ini yang penting. Ini adalah bagian yang sukar,dengarkan baik-baik!” Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yng dpat menunjuk dengan jari atau member tanda pada papan tulis.

  1.  Pemberian waktu
    Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya. Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertannyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap.

  1. Kontak pandang
    Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap setiap anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.Guru dapat membntu anak didik dengan menggunakan matanya manyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian anak didik.

  1.  Gerakan anggota badan (gesturing)
    Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi.
    Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong dalam menyampaikan arti pembicaraan.

  1. Pindah posisi
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat di lakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara anak didik dari belakang ke samping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisiialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan menjemukan, dan bila variasi dilakukan secara berlebihan adalah mengganggu.

2.      Variasi Media Dan Bahan Ajaran

Tiap anak didik mempunyai kemampuan yan berbeda-beda, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang membaca, atau lebih senang mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya.

Untuk itu dengan variasi penggunaan media, misalnya : seorang guru dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian di lanjutakan di papan tulis, dan dilanjutkan dengan melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti ini dapat memberi stimulasi terhadap anak didik.

a.       Variasi media pandang

Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seprti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip, tv, radio, recorder, ganbar grafik, model, demonstrasi,dan lain lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat alat tersebut akan memiliki keuntungan:

1. Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermafaat.
2. Memiliki secara potensial perhatian anak didik pada tingkat yang tinggi.
3. Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik.
4. Mengembangkan cara berpikir berkesinambungan, seprtihalnya dalam film.
5. Member pengalaman yang tidak mudah di capai oleh alat lain.
6. Member frekuesi kerja, lebih dalam, dan vriasi belajar.

b. Varasi media dengar

Pada umumnya dalam proses belajar mengajar dikelas suar dguru adalah alat utama dalam komunikasi., dan ini telah pernah di singgung. Varasi dalam penggunaan media dengar memerlukan sekali saling bergantian atau kombinasi dengan media pandangan dan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar.

Yang dapat dipakai untuk itu di antaranya ialah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara rekaman music, rekaman drama, wawancara, bahkan rekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.

c. Variasi media taktil

Komponen terakhir dari ketermpilan menggukan variasi media dan bahan ajaran adalah penggunaan edia yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memnipulasi benda atau bahan ajara. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan dan pembuatan model yang hasilnya dapat disebutkan sebagai “media taktil” ataupun kelomok kecil. Cnth: Dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa Zaman Majapahit; dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; mengumpulkan berbagai jenis mata uang loga contoh untuk bidang studi ekonomi.

3.      Variasi Interaksi

Variasi dalam pola interaksi antara guru dan anak didiknya memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu :
a.       Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b.      Anak didik mendengarkan secara pasif, situasi di dominasi oleh guru, dimana guru berbicara kepada anak didik.
Pengelolaan kelas

Di anatara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui mengajukan beberapa.

Pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga anak didik dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.
Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: flling persetujuan, penghargaan atau peningkatan, mengguanakan pendapat anak didik, bertanya, ceramah, member petunjuk, dan mengkritik. Sebaliknya, anak didik dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan pertanyaan dapat juga di varasi sesuai dengan domain kognitif dari Bloom, pertanyaan dapat diajukan keseluruh kelas atau di tujukan kepada anak didik individual. Bila dilihat dari sudut kegiatan anak didik, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok, membaca secara keras atau pelan, melihat film,bekrja di laboratorium, baik bahasa maupun alam, bekerja tau belajar bebas, atau juga dpt menciptakan kegiatan sendiri.

Akhirnya, dipertegas kembali bahwa variasi mengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen variasi mengajar seperti variasi gaya mengajar,variasi media dan bahan ajaran, dan variasi interaksi, mutlak dikuasai oleh guru guna menggirahkan belajar anak didik dalam waktu yang relatif lama dalam suatu pertemuan kelas.

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Umur 16 s/d 19 tahun




TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)
Umur 16 s/d 19 tahun
Pengantar :
Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 “ Tes Kesegaran Jasmani Indonesia “ (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen / alat tes yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia karena TKJI disusun dan disesuaikan dengan kondisi anak Indonesia. TKJI dibagi dalam 4 kelompok usia, yaitu : 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-19 tahun. Akan tetapi pada handout ini akan dibahas TKJI pada kelompok usia 13-15 tahun dan 16-19 tahun.
Sebelum terjun ke sekolah-sekolah untuk melaksanakan tugas matakuliah Tes dan Pengukuran Penjas dengan  melakukan tes kesegaran jasmani pada siswa-siswi, maka diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik peraturan dan tata cara pelaksanaan TKJI sehingga diharapkan hasil tes yang diperoleh adalah benar dan dapat dipercaya.
Tulisan berikut adalah tulisan adaptasi dari buku Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk kelompok usia 13-15 tahun dan 16-19 tahun yang diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memahami peraturan dan tata cara TKJI dengan baik dan benar. Semoga bermanfaat. 
A. Rangkaian Tes
      Tes kesegaran jasmani Indonesia terdiri dari :
1.      Untuk putra terdiri dari :
a.   lari 60 meter (16-19 tahun)
b.  gantung angkat tubuh (pull up) selama 60 detik
c.   baring duduk (sit up) selama 60 detik
d.  loncat tegak (vertical jump)
e.   1200 (usia 16-19 tahun)
2.      Untuk putri terdiri dari :
a.   lari 60 meter (16-19 tahun)
b.  gantung siku tekuk ( tahan pull up) selama 60 detik
c.   baring duduk (sit up) selama 60 detik
d.  loncat tegak (vertical jump)
e.   lari 1000 (usia 16-19 tahun)

Ø  Sprint
Sprint atau lari cepat bertujuan untuk mengukur kecepatan. Kategori jarak yang harus ditempuh oleh masing-masing kelompok umur berbeda.
A.  Alat dan Fasilitas
           1) Lintasan lurus, rata, tidak licin, mempunyai lintasan lanjutan, berjarak 50 / 60 meter
           2) Bendera start
           3) Peluit
           4) Tiang pancang
           5) Stop watch
           6) Serbuk kapur
           7) Formulir TKJI
           8) Alat tulis
B.  Petugas Tes
            1) Petugas pemberangkatan
            2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil tes

C. Pelaksanaan
            1) Sikap permulaaan
                Peserta berdiri dibelakang garis start
            2) Gerakan
                a) pada aba-aba “SIAP” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari
                b) pada aba- aba “YA” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish
            3) Lari masih bisa diulang apabila peserta :
                a) mencuri start
                b) tidak melewati garis finish
                c) terganggu oleh pelari lainnya
                d) jatuh / terpeleset
            4) Pengukuran waktu
                Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat sampai pelari    
                Melintasi garis finish
            5) Pencatat hasil
                1) hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 50 / 60 meter dalam satuan detik
                2) waktu dicatat satu angka dibelakang koma
Kelompok Umur
Jarak
Keterangan
Pencatatan waktu dilakukan dalam satuan detik dengan satu angka dibelakang koma
Putra
Putri
16 s/d 19 Tahun
60 Meter
60 Meter
Sedangkan penilaian tesnya adalah :
Nilai
Umur 16 s/d 19 tahun
Putra
Putri
5
sd- 7.2 detik
sd – 8.4 detik
4
7.3 – 8.3 detik
8.5 – 9.8 detik
3
8.4 – 9.6 detik
9.9 – 11.4 detik
2
9.7 – 11.0 detik
11.5 – 13.4 detik
1
11.1 – dst
13.5– dst

Ø  Pull-Up
Pull-Up bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dan bahu. dan umur 16 – 19 tahun, melakukan gerakan pull-up selama 60 detik. Penilaian putra dihitung frekuensinya, sedangkan yang putri yang dihitung waktunya, masing-masing penilaian sebagai berikut.
A. Alat dan fasilitas
1) lantai rata dan bersih
2) palang tunggal yang dapat diatur ketinggiannya yang disesuaikan denganketinggian
    peserta. Pipa pegangan terbuat dari besi ukuran ¾ inchi
3) stopwatch
4) serbuk kapur atau magnesium karbonat
5) alat tulis
B. Petugas tes
1) pengamat waktu
2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil




C. Pelaksanaan Tes Gantung Angkat Tubuh 60 detik (Untuk Putra)
            1) Sikap permulaan
    Peserta berdiri di bawah palang tunggal. Kedua tangan berpegangan pada palang
    tunggai selebar bahu (gambar 3). Pegangan telapak tangan menghadap ke arah letak
    kepala

                                                                                                           
            2) Gerakan (Untuk Putra)
a) Mengangkat tubuh dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu    menyentuh atau berada di atas palang tunggal (lihat gambar 4) kemudian kembali ké sikap permulaan. Gerakan ini dihitung satu kali.
b) Selama melakukan gerakan, mulai dan kepala sampai ujung kaki tetáp merupakan satu garis lurus.
                c) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, tanpa  istirahat sebanyak mungkin selama  
                60 detik.






                3) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila:
a) pada waktu mengangkat badan, peserta melakukan gerakan mengayun
           b) pada waktu mengangkat badan, dagu tidak   menyentuh palang tunggal
c)  pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua lengan tidak lurus
D. Pencatatan Hasil
1) yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan dengan sempurna.
2) yang dicatat adaiah jumlah (frekuensi) angkatan yang dapat dilakukan dengan    sikap sempurna tanpa istirahat selama 60 detik.
3) Peserta yang tidak mampu melakukan Tes angkatan tubuh ini, walaupun teiah berusaha, diberi nilai nol (0).



E. Pelaksanaan Tes Gantung Siku Tekuk ( Untuk Putri)
Palang tunggal dipasang dengan ketinggian sedikit di atas kepala peserta.
1)      Sikap perrnulaan
Peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke arah kepala (Lihat gambar)





 





2)      Gerakan
Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas sampai dengan mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang tunggal (Iihat gambar) Sikap tersebut dipertahankan selama mungkin (dalam hitungan detik)
F.  Pencatatan Hasil
            Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta untuk mempertahankan sikap tersebut diatas, dalam satuan detik. Peserta yang tidak dapat melakukan sikap diatas maka dinyatakan gagal dan diberikan nilai nol (0).

Nilai
Umur 16 s/d 19 tahun
Putra
Putri
5
19 keatas
40 detik keatas
4
14 – 18
20 – 39 detik
3
09 – 13
08 – 19 detik
2
05 – 08
02 – 07 detik
1
00 – 04
00    – 02 detik

Ø  Sit-Up
Sit-up bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. Dan 16-19 tahun yang melakukan selama 60 detik adalah
A. Alat dan fasilitas
            1) lantai / lapangan yang rata dan bersih
            2) stopwatch
            3) alat tulis
            4) alas / tikar / matras dll
B. Petugas tes
            1) pengamat waktu
            2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil
C.Pelaksanaan
            1) sikap permulaan
                a) berbaring telentang di lantai, kedua lutut ditekuk dengan sudut 90˚ dengan kedua jari-jarinya diletakkan di belakang kepala.


 





            b) Peserta lain menekan / memegang kedua pergelangan kaki agar kaki tidak  
                terangkat.
        2) Gerakan
                a) Gerakan aba-aba “YA” peserta bergerak mengambil sikap duduk sampai kedua
                sikunya menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap awal.
                b) Lakukan gerakan ini berulang-ulang tanpa henti selama 60 detik






D. Pencatatan Hasil
            1) Gerakan tes tidak dihitung apabila :
                - pegangan tangan terlepas sehingga kedua tangan tidak terjalin lagi
                - kedua siku tidak sampai menyentuh paha
                - menggunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh
            2) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah gerakan tes yang dapat dilakukan dengan
                sempurna selama 60 detik
            3) Peserta yang tidak mampu melakukan tes ini diberi nilai nol (0)
Nilai
Umur 16 s/d 19 tahun
Putra
Putri
5
41 keatas
29 keatas
4
30-40 kali
20-28 kali
3
21-29 kali
10-19 kali
2
10-20 kali
03-09 kali
1
00-09 kali
00-02 kali
Ø  Vertical jump
Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Ukuran papan sekala selebar 30 cm dan panjang 150 cm, dimana jarak antara garis sekala satu dengan yang lainnya masing-masing 1 cm. papan sekala ditempelkan di tembok dengan jarak sekala nol(0) dengan lantai 150 cm. pertama berdiri menyamping papan sekala dengan mengangkat tangan keatas ukur tinggi yang didapat, kemudian lakukan lompatan setinggi mungkin sebanyak tiga kali, tiap lompatan dicatat tinggi yang diperoleh kemudian ambil yang terteinggi, selisih antara raihan tertinggi dengan pengukuran yang pertama saat tidak melompat adalah hasil vertical jump. Dengan kreteria penilaiannya
A. Alat dan Fasilitas
            1) Papan berskala centimeter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding yang rata atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka nol (0) pada papan tes adalah 150 cm.
            2) Serbuk kapur
            3) Alat penghapus papan tulis
            4) Alat tulis

B. Petugas Tes
            Pengamat dan pencatat hasil
C. Pelaksanaan Tes
            1) Sikap permulaan
                a) Terlebih dulu ujung jari peserta diolesi dengan serbuk kapur / magnesium karbonat
                b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada pada sisi kanan / kiri  badan peserta. Angkat tangan yang dekat dinding lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan skala hingga meninggalkan bekas jari.
            2) Gerakan
                a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan
            kedua lengan diayun kebelakang
         







           Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan   
           Yang terdekat sehingga menimbulkan bekas
                b) Lakukan tes ini sebanyak tiga (3) kali tanpa istirahat atau boleh diselingi peserta
           lain
D. Pencatatan Hasil
1)      Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak
2)      Ketiga selisih hasil tes dicatat
3)      Masukkan hasil selisih yang paling besar





Nilai
Umur 16 s/d 19 tahun
Putra
Putri
5
73 cm keatas
50 cm keatas
4
60-72 cm
39-49 cm
3
50-59 cm
31-38 cm
2
39-49 cm
23-30 cm
1
Dibawah 39 cm
Dibawah 23 cm

Ø  Lari Jarak Sedang
Lari jarak sedang dilakukan untuk mengukur daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah. Jarak yang ditempuh bergantung pada kelompok umur masing masing
A. Alat dan Fasilitas
            1) Lintasan lari
            2) Stopwatch
            3) Bendera start
            4) Peluit
            5) Tiang pancang
            6) Alat tulis
B. Petugas Tes
            1) Petugas pemberangkatan
            2) Pengukur waktu
            3) Pencatat hasil
            4) Pengawas dan pembantu umum
C. Pelaksanaan Tes
            1) Sikap permulaan
                Peserta berdiri di belakang garis start
        2) Gerakan
            a) Pada aba-aba “SIAP” peserta mengambil sikap berdiri, siap untuk lari

                           


                b) Pada aba-aba “YA” peserta lari semaksimal mungkin menuju garis finish






D. Pencatatan Hasil
              1) Pengambilan waktu dilakukan mulai saat bendera start diangkat sampai peserta
                  tepat Melintasi garis finish
              2) Hasil dicatat dalam satuan menit dan detik.
                  Contoh :  3 menit 12 detik maka ditulis 3’ 12” 
Kelompok Umur
Jarak
Putra
Putri
16 s/d 19 Tahun
1200 Meter
1200 Meter
Sedangkan kreteria penilaiannya sebagai berikut :
Nilai
Umur 16 s/d 19 tahun
Putra
Putri
5
Sd 3’14”
Sd 3’52”
4
3’15”-4’25”
3’53”-4’56”
3
4’26”-5’12”
4’57”-5’58”
2
5’13”-6’33”
5’59”-7’23”
1
Dibawah 6’33”
Dibawah 7’23”







B. Norma TKJI
Hasil setiap butir tes yang telah dicapai oleh peserta dapat disebut sebagai hasil kasar. Mengapa disebut hasil kasar ? Hal ini disebabkan satuan ukuran yang digunakan untuk masing-masing butir tes berbeda, yang meliputi satuan waktu, ulangan gerak, dan ukuran tinggi.
Untuk mendapatkan hasil akhir, maka perlu diganti dalam satuan yang sama yaitu NILAI. Setelah hasil kasar setiap tes diubah menjadi satuan nilai, maka dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir TKJI. Hasil penjumlahan tersebut digunakan untuk dasar penentuan klasifikasi kesegaran jasmani remaja. Untuk kreteria kategori kebugaran kita harus menjumlahkan semua nilai dari lima item tes tersebut kemudian cocokan dengan table berikut

No.
Jumlah Nilai
Klasifikasi
1
22-25
Baik Sekali (BS)
2
18-21
Baik (B)
3
14-17
Sedang (S)
4
10-13
Kurang (K)
5
05-09
Kurang Sekali (KS)















C. Formulir TKJI
FORMULIR TKJI
Nama                  :…………………………………............................
Jenis Kelamin    : Laki-laki / Perempuan *
No Dada             :……………………………………………………
Usia                     :………………Tahun
Nama Sekolah    :……………………………………………………
No
Jenis Tes
Hasil
Nilai
Keterangan
1

2



3

4





5

 60 meter *

Gantung :
a)      Siku tekuk
b)     Angkat Tubuh

Baring Duduk 60 detik

Loncat Tegak
-      Tinggi raihan : ……….cm
-      Loncatan I : ………….cm
-      Loncatan II : …………cm
-      Loncatan III : ………   cm

 1000 / 1200 meter *

……….detik


……….detik
………....kali

…………kali





……….....cm

……....menit
……….detik
….


….
….

….





….


….
…………………………


…...…………………….
........................................

…………………………





……………………….


………………………….
6
Jumlah Nilai ( tes 1 + tes 2 + tes 3 + tes 4 + tes 5 )


7
Klasifikasi Tingkat Kesegaran Jasmani
* coret yang tidak perlu
                                                                                                            Petugas Tes,


                                                                                                            ………………………..