ILMU
KEPELATIHAN
PEDOMAN
PEMILIHAN PELATIH
Di susun untuk memenuhi tugas ilmu
kepelatihan
mengenai pedoman pemilihan pelatih
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “PEDOMAN PEMILIHAN PELATIH”
Kami mohon maaf apabila dalam penyampaian tulisan
ini terdapat hal yang tidak dapat berkenan di hati pembaca, bagaimana pun juga
segala kekurangan ada pada diri penyusun. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca. Penulis berharap saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Semarang,
2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Gelar “coach” atau “pelatih” adalah
gelar atau sebutan yangmemancarkan rasa hormat, respek, status, tanggungjawab.
Gelar coachseringkali bisa berlanjut meskipun tugas sebagai coach sudah usai.
Sekali coachselamanya adalah coach bagi atlet, bagi rekan, dan bagi masyarakat.
Seorang pelatih dituntut
mampu mejalani profesinya dengan tidak sematamata bermodalkan dirinya sebagai
bekas atlet, melainkan harus melengkapi dirinya dengan seperangkat kompetensi
pendukung yang penting, diantaranya adalah kemampuan untuk mentransfer
pengetahuan keolahragaannya kepada atlet secara lengkap baik dari segi teknik,
taktik, maupun mental. Dan pada hakekatnya apabila seseorang sudah berniat
menjadi seorang pelatih salah satu cabang olahraga, maka sebenarnya ia sudah
harus mempersiapkan dirinya untuk menjadi contoh yang baik daripada atlet yang
dilatihnya, seorang pelatih yang baik memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai
berikut :
a. memiliki Kemampuan
profesional sebagai pengajar,
b. Mengetahui cara
melatihnya,
c. Memiliki kepribadian
yang baik, dan
d. Memiliki karakter yang
baik.
B.
RUMUSAN
MASALAH
- Usur unsur apakah supaya menjadi pelatih
profesional ?
- Apakah pelatih harus memiliki pengetahuan ?
- apakah pelatih harus mempunyai pengalaman sebagai
atlet untuk menjadi pelatih yang profesional ?
- apakah pelatih harus meng up-to-date tentang ilmu
kepelatihan ?
BAB II
ISI
Pelatih pada umumnya telah melewati kiprahnya di
dunia olah raga sebagai seorang atlet. Oleh karenanya, ketika menjadi seorang
pelatih bagi atlet-atlet di sebuah cabang olah raga, pelatih harus menjalankan
profesinya secara profesional. Saat ini kebanyakan pelatih masih membawakan
performance waktu sebagai atlet. Pelatih harus mengilhami dirinya menjadi
panutan dan teladan bagi atlet di suatu cabang olahraga. "Pelatih itu
adalah tulang punggung cabang olahraga. Jadi, kalau tulang punggung (pelatih)
itu sakit, maka atlet juga akan sakit,". Untuk itu para pelatih diharapkan
dapat memahami kinerja seorang pelatih. "Ada 4 poin yang harus diketahui
pelatih. Yaitu, tahu, mengerti, paham, dan mampu menjadi pelatih,"
seorang pelatih disamping dituntut untuk menguasai
teknik kecabangan juga dituntut untuk dapat berperan sebagai pendamping atlet
dalam upaya untuk meningkatkan
prestasi.
Berbekal dari kondisi ideal dan tuntutan kualitas tersebut maka pelatih harus
memiliki filosofi kepelatihan yang berisi aspek-aspek kepribadian yang
mendasari semua tindakan dalam melakukan tugasnya sebagai seorang pelatih.
Agar
menjadi seorang pelatih yang dihargai oleh orang lain (respecting coach) atau
pelatih yang disegani maka seseorang harus memiliki 3 aspek penting yaitu:
1. Pengetahuan
(knowledge)
2. Pengalaman
(experience)
3.
Karakter (caracter)
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang pelatih
terutama pengetahuan tentang cabang olahraga yang digeluti Selain harus mengetahui
ilmu mengenai kecabangan olahraganya, mereka juga harus mendalami ilmu
penunjang seperti ilmu Periodisasi latihan, Biomekanika, Faal olahraga, Gizi,
dan Psikologi olahraga.
Mendalami karakter cabang olahraga adalah mutlak,
sehingga tidak akan salah dalam membina karakter atlit yang tentunya akan
disesuaikan dengan kebutuhan kecabangan.
Ilmu kepelatihan dari tahun ke tahun terus berkembang
dan perkembangan ini akan berlangsung sebelum dapat di buktikan bahwa batas
batas kemampuan manusia telah mencapai titik akhir. hasil dari berkembangnya
ilmu kepelatihan :
Pemecahan pemecahan record
- atletik (usain bolt dari
setiap kejuaraan atau olimpiade selalu
memecahkan record)
- renang (michael phelps yang
sejak mengikuti olimpiade dari 1996-2012 mengoleksi 18 emas dari 22 medali yang
di dapat nya)
- angkat besi (atlet asal kore
selatan )
- dan masih banyak lagi, dan
mereka adalah sebagian kecil yang berhasil memecahkan record pada ajang
olimpiade london 2012 pada baru baru ini.
Seorang
pelatih senantiasa harus berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya, istilah
nya meng-upgrade dirinya dalam bidang kepelatihan. Caranya misal :
mengikuti penataran pelatih
Konverensi
konverensi olahraga
Mengikuti diskusi
atau tukar menukar ide sesama pelatih atau pun dalam sebuah forum.
Meng-up-to-date
metode metode terbaru
2. Pengalaman.
Setelah mendalami semua ilmu diatas, masuklah pada
masa praktek untuk menemukan efisiensi dari keilmuan. Dengan mengalami salah
benar. Akhirnya mereka akan menemukan filosofi kepelatihan sendiri. Menerapkan
strategi hasil pengayaan dari beberapa buku dan pendapat para pakar, secara
otomatis akan mendapatkan atau menemukan strategi andalannya dalam melatih
Kemampuan menanggulangi berbagai masalah baik teknis maupun non- teknis juga merupakan
keunikan tersendiri. Dari hasil pengalaman memimpin team di berbagai event yang
diikutinya akan didapatkan nilai “Art of Coaching“ yang akan
selalu menjadi cirri khas dalam melatih dan memimpin tim.
Pengalaman
adalah ilmu yang terbaik, cocok dengan tugas seorang pelatih, Mengapa
???
Kita semua belajar dan memetik hasil nya, pelatih pun juga demikian,
dari sebuah pengalaman, entah pengalaman hidup, pengalaman berolahraga, ataupun
pengalaman dalam kepelatihan. Kita menjadi dewasa karena pengalaman. Seorang
calon pelatih harus mepunyai pengalaman sebagai atlet. Tidak ada cara yang
lebih baik baginya dalam mendapatkan suatu pengertian yang lengkap tentang
kehidupan seorang atlet selain mengalami sendiri kehidupan yang demikian.
Misalnya :
•
Persoalan persoalan
yang sering timbul pada seorang atlet
•
Pengorbanan yang
di tuntut untuk menang
•
Tekanan tekanan
yang dihadapi dalam pertandingan
•
Pahitnya suatu
kekalahan
•
Nikmatnya suatu
kemenangan
Semua hal itu hanya akan di dirasakan sebaik baiknya apabila dia(pelatih)
sendiri pernah mengalaminya. Akan tetapi, Meskipun
pengalaman atlet penting (seorang pelatih), pengalaman yang paling baik adalah
sebenarnya adalah kepelatihan. Oleh karena itu setiap pelatih haruslah
senantiasa belajar dari setiap pengalaman dan kesempatan kepelatihan agar ketrampilan serta kemahiran melatihnya
semakin meningkat.
3. Karakter
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa didalam dunia
kepelatihan unsur-unsur yang mengandung nilai positif harus selalu
diketengahkan, maka otomatis akan membentuk kepribadian yang kuat dalam membina
atlit. Mengerti akan sifat dan karakter atlet, tentu akan membantu banyak dalam
tugas keseharian dalam menghadapi atlit baik selama masa latihan maupun
pertandingan.
Hubungan yang
kondusif ini dimana pelatih mampu bertindak sebagai orang tua atlet maupun
pelayan akan membuat nilai kepribadian sebagai pelatih akan semakin tinggi.
Karena kemampuan menilai semua hal secara objectif tidak subjectif sebagaimana
perasaan ayah kepada anaknya atau adiknya.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk
kepribadian atlet yang menjadi asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan
pelatih kepada atlet adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang
diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan kemajuan
atlet itu sendiri.
Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari
atlet, pelatih tidak cukup hanya memintanya, tapi harus membuktikannya melalui
ucapan, perbuatan dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih, maka
seberat apapun program yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh atlet dengan sungguh-sungguh.
Latar
belakang pendidikan
Pelatih yang berhasil adalah pelatih yang mempunyai pengetahuan tentang
beberapa prinsip hubungan nya dengan masalah kepelatihan yang menentukan
prestasi olahraga.
Pelatih juga harus meninggalkan cara tradisional yang sudah usang.
Pelatih harus dapat to change, harus peka terhadap perubahan dan
pembaharuan
Pelatih harus mengerti dan sadar bahwa tugasnya adalah sebagai pelatih
bukan sekedar mengajar bagaimana cara melempar, menendang. Tetapi kita harus
mengetahui bagaimana supaya bisa melempar, menendang dengan baik dan evisien.
Dan hasilnya efektif.
Intinya
dalam latar belakang pendidikan adalah seorang pelatih itu mempunyai atau harus
membekali dirinya dan memperkaya diri dengan ilmu dan pengetahuan yang erat
hubungan nya dengan olahraga. Pendidikan formal dalam ilmu olahraga akan sangat
membantu dari segi kognitif dan psikomotor dari pelatih
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Gelar “coach” atau “pelatih” adalah gelar atau
sebutan yang memancarkan rasa hormat, respek, status, tanggungjawab. Gelar
coach seringkali bisa berlanjut meskipun tugas sebagai coach sudah usai. Sekali
coach selamanya adalah coach bagi atlet, bagi rekan, dan bagi masyarakat.
Pelatih pada umumnya telah melewati kiprahnya di dunia olah raga sebagai
seorang atlet. Oleh karenanya, ketika menjadi seorang pelatih bagi atlet-atlet
cabang olah raga, pelatih harus menjalankan profesinya secara profesional. Saat
ini kebanyakan pelatih masih membawakan performance waktu sebagai atlet.
Pelatih harus mengilhami dirinya menjadi panutan dan teladan bagi atlet di
suatu cabang olahraga. "Pelatih itu adalah tulang punggung cabang
olahraga. Jadi, kalau tulang punggung (pelatih) itu sakit, maka atlet juga akan
sakit,".
B. SARAN
Dan pada hakekatnya apabila seseorang
sudah berniat menjadi seorang pelatih salah satu cabang olahraga, maka
sebenarnya ia sudah harus mempersiapkan dirinya untuk menjadi contoh yang
baikdaripada atlet yang dilatih, seorang pelatih yang baik dalam
memilikiciri-ciri diantaranya sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan profesional sebagai pengajar.
b. Mengetahui cara melatih.
c. Memiliki kepribadian yang baik
d. Memiliki karakter yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, (1998),
Coaching dan Aspek-aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta:
CV.
Tambak Kusuma
www.google.com/ilmu kepelatihan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar