Jumat, 20 Desember 2013

MOTIVASI DAN SEMANGAT BELAJAR



MOTIVASI DAN SEMANGAT BELAJAR




Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Universitas Negeri Semarang
2011/2012

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makala yang berjudul "Motivasi dan Semangat Belajar” dengan baik dan lancar. Tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada orang tua kami dan teman – teman semua yang telah memberikan semangat dan doa kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makala dengan baik dan lancar. Kami berharap makala ini dapat memberikan suatu dampak positif dan bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, banyak kekurangan dan kesalahan. Penulis menerima kritik dan saran yang membantu guna penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb
                                                           

Semarang,     Juni 2012
                                               
                                                Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dalam proses belajar gerak banyak faktor yang berpengaruh, seperti factor pelajar/siswa, faktor latihan, faktor lingkungan dan faktor guru. Faktor pelajar merupakan faktor penentu utama dalam proses belajar gerak. Seorang siswa yang memiliki potensi yang baik mempunyai harapan dan kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang kurang berpotensi. Selain potensi yang baik masih ada factor-faktor lain yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Factor pelajar meliputi perhatian, persepsi, emosi, kepribadian, karakteristik fisik dan motivasi.
Motivasi bagi seorang siswa sangat penting agar tujuan belajar dapat tercapai. Motor penggerak dalam proses belajar gerak agar berhasil berasal ari siswa sendiri. Dengan motivasi yang besar, maka semangat belajar siswa akan tinggi pula. Semanat yang tinggi disertai bimbingan yang tepat dari guru, dan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai akan menunjang keberhasilan siswa dalam proses belajar gerak. Makalah ini menyajikan bahasan tentang motivasi dan semangat belajar, yang isinya meliputi pengertian dan fungsi motivasi dan semangat belajar, beberapa klasifikasi motif serta emosi.Materi yang disajikan erat kaitannya dengan tugas guru dan pelatih olahraga dalam mengelola kegiatan belajar dan berlatih sehingga pelajar mau melaksanakan kegiatan belajar dan berlatihnya dengan penuh semangat.
B.     Rumusan masalah
-          bagaimana caranya memberikan motivasi dan semangat belajar terhadap siswa yang baik dan benar?


BAB II
PEMBAHASAN
Ø  pengertian dan fungsi motivasi
menurut George H. Sage (1984), motivasi merupakan mekanisme internal dan rangsangan eksternal yang timbul dan mengetur perilaku siswa. Perilaku siswa yang kompleks dipengaruhi oleh kegairahan (arasual) umtuk mencapai tujuan. Gabungan dari kegairahan dengan tujuan yang hendak dicapai siswa diintegrasikan ke dalam perilaku yang termotivasi.
Manusia hidup dengan berbagai pilihan, seperti memilih makanan atau pakaian tertentu, memilih kegiatan, pekerjaan, sekolah dan sebagainya. Perbuatan dan perilaku manusia dibimbing oleh tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian dimunkinkan seseorang berbuat sama dengan orang lain tetapi dengan tujuan yang berbeda. Sesorng berbua secara sadar karena alas an tertentu, meskipun alas an itu sendiri kadang-kadang tidak disadari oleh yang bersangkutan. Setiap orang pasti memiliki dorongan tertentu sehingga dia berbuat sesuatu. Membahas alasan dan dorongan untuk berbuat sesuatu berarti membahas tentang motivasi.
Ada beberapa kata yang dapat menunjukkan alasan (motif) sesorang untuk berbuat sesuatu. Misalnya keinginan, kemauan, tujuan, aspirasi, kebutuhan, ambisi, cita-cita.
Motivasi dapat digambarkan sebagai pembangit aksi/tindakan dan penggerak perbuatan seseorang. Kebanyakan studi tentang motivasi berkaitan dengan perbuatan dan aktivitas yang tampak bila ada motif, dan berusaha mengidentifikiasi tujuan yang hendak dicapai.
Antara motivasi dengan perbuatan dapat diidentifikasi adanya suatu siklus. Morgan dan King (1966) mengemukakan adanya tiga komponen siklus yaitu timbulnya motivasi, perbuatan yang termotivasi, dan kondisi yang terpuaskan. Dalam betuk siklus dapat digambarkan sebagai berikut :
Timbulnya motivasi
 
                                                                                                                                                        
Perbuatan termotivasi
Kondisi terpuaskan
            








Siklus perbuatan termotivasi
Motivasi dapat timbul dari berbagai kondisi dara dalam diri sendiri atau pengeruh dari luar. Rasa haus dan ingin dicintai atau dipuji merupakan motivasi yang timbul dari dalam, sedangkan cuaca yang panas, tuntutan seorang guru kepada siswanya untuk menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang singkat akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Karena mereka haus maka perlu minum atau karena harus menyerahkan tugas dalam waktu yang singkat maka harus bekerja lembur semalam suntuk. Perbuatan-perbuatan tersebut merupakan komponen kedua, yakni perbuatan termotivasi seperti nampak pada siklus. Setelah minum atau menyelesaikan tugas, maka yang bersangkutan akan merasa puas atau kondisi terpuaskan. Untuk selanjutnya siklus akan berputar lagi sejalan dengan timbulnya motivasi baru. Kepuasan yang baru, untuk selanjutnya melakukan perbuata lagi dan seterusnya.
Dari uraian tersebut, motivasi dapat diartikan seluruh proses dari dimulainya suatu kebutuhan atau dorongan, kemudian dilakukan tindakan-tindakan dan akhirnya tercapai sasaran atua tujuan yang dapat memuaskan kebutuhan itu.

Hubungan antara motivasi dengan prestasi menurut Drowatzky (1975) adalah bentuk kurva linear, seperti gambar dibawah.

                             baik                                                optimal
                                                                                                                                              
            








    PRESTASI


               Buruk
                                  kecil                         MOTIVASI                        Terlalu besar


kurva hubungan antara motivasi dengan prestasi

            dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa prestasi terbaik dicapai apabila motivasi tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi/besar. Prestai tidak terlalu meningkat sejalan dengan bertambahnya motivasi. Pada taraf tertentu peningkatan besarnya motivasi justru berakibat buruk terhadap pencapaian prestasi.
            Apa yang diungkapkan Drowatzky tersebut akan nampak terutama pada cabang-cabang olahraga yang lebih mengutamakan ketelitian, kecermatan dan ketepatan. Unuk cabang yang mengutamakan fisik, seperti kekuatan, kecepatan dan daya tahan tubuh kurang nampak. Dalam hubungan dengan masalah ini diperlukan kejelian pelatih dalam memberikan motivasi kepada atletnya. Motivasi harus dtitambahkan dan dipertahankan pada taraf tertentu, dan tidak perlu ditambah lebih besar lagi. Memang belm ada ukuran yang obyektif untuk mengukur besarnya motivasi yang dapat dianggap memadai, dan seberapa yang dikatakan terlalu besar. Yang jelas bahwa dalam memberikan motivasi jangan sampai justru menimbulkan beban mental yang dapat mengakibatkan ketegangan bagi atltet sebelum, selama dan sesudah perlombaan.
            Gambaran mengenai kesesuaian tingkat kwesulitan olahraga dengan berbagai motivasi aadalah sebagai berikut, kegiatan yang paling kompleks memerlukan motivasi yang sedang saja, sedangkan motivasi tinggi diperlukan untuk kegiatan keterampilan agak kompleks, dan motivasi tertinggi justru diperlukan untuk kegiatan yang paling sederhana.

Ø  Sumber motivasi
Ditinjau dari sumbernya, motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.
1.      Motivasi ekstrinsik
Adalah motiasi yang timbul karena adanya ransangan dari luar atau bersifat eksternal. Misalnya, seseorang belajar giat agar dipuji oleh orang lain, seseorang terdorong untuk berusaha atau untuk berprestasi sebaik-baiknya karena menariknya hadiah-hadiah yang disdiakan, karena akan dikirim ke luar negeri, akan menjadi berita di surat kabar atau di TV, akan menjadi dambaan masyarakat disekitarnya dan sebagainya.
Dalam studi tentang motivasi ekstrinsik dikenal adanya bentuk hadiah dan hukuman sebagai bentuk pembangkt motivasi.hadiah dapat berupa barang, uang, pujian, nilai yang baik, sanjungan dan sejenisnya yang bersifat menyenangkan. Sedangkan hukuman dapat berupa menyakiti secara fisik maupun perasaan,penghinaan dan lainnya yang tidak menyenankan.
Penggunaan hadiah atau hukuman ebagai motivasi harus didasarkan pada suatu prinsip bahwa pada hakekatnya manusia memiliki kecenderungan untuk mencari sesuatu yang memberikan kesenangn atau kepuasan dan menghindari sesuatau yang tidak menyenangkan.
Dalam sudut pandang pensisikan menumbuhkan motivasi intrinsik lebih ideal dibandig dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik lebih memungkinkan bertahan dalam jangka waktu yang lama dalam berbuat sesuatu.
Dalam olahraga, motivasi ekstrinsik dapat berbentuk “motivasi bersaing”. Oleh karena adanaya orongan untuk bersaing dan untuk mmenang memegang peranan yang lebih besar dibandingkan dengan rasa kepuasan karena telah berprestasi dengan baik.
Motivasi kompetitif baisanya menyebabkan orang merasa superior karena dia adalah sang juara atau pemenang.  Perasaan ini mudah berkembang menjadi sifat yang egosentrik. Oleh karena itu orang tersebut menjadi kurang peka terhadap keadaan dan pendapat orang lain. Dia selalu dibayangi oleh anggapan untuk menjadi pemenang dan tujuan utamanya adalah mengalahkan lawan. Hal ini akan memberikan kondisi psikologis berupa pikiran dan tindakan atlet yang dapat menjerumuskan ke arah hal-hal yang bersifat negatif, yang dapat berupa mengjalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuannya, termasuk menipu, bermain curang dan penggunaan obat-obat terlarang.
Namun demikian motivasi ekstrindik pada kenyataannya tidak selalu menimbulkan hal-hal yang bersifat negative. Dengan motivasi ekstrinsik yang tepat akan diperoleh dorongan yang kuat bagi seorang atlet untuk mengerahkan segenap kemampuannya dalam usaha mencapai keberhasilan mencapai tujuannya.


2.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri atlet atau bersifat internal. Dorongan untuk berbuat timbul atas kemauan diri sendiri. Motivasi intrinsik meliputi dorongan aktualisasi diri yang melibatkan ego. Misalnya, seseorang selalu berusaha untuk mmakin meningkatkan pengetahuanny, pikirannya, kemampuan dan ketrampilan serta ketaqwaannya karena ingi memperoleh kepuasan pada dirinya. Seseorang melakukan semua itu bukan karena ingin memperoleh hadiah, pujian, sanjungan aau kemenangan emata-mata, tetapi yang penting baginya adalah memperoleh kepuasan diri.
Aktivitas dengan dorongan motivasi intrinsik censerung dapat bertahan lama dibandingkan dengan kegiatan yang dilakukan atas dorongan motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu menjadi tugas seorang guru atau pelatih harus berusaha dengan cara yang lain uatau memberikan dorongan untuk menumbuhkan motivasi ekstrinsik kepada atletnya. Seorang atlet yang tidak mau melakukan latihan fisik harus diberikan dorongan atau pengertian sebagai motivasi untuk mau melakukan latihan.
Motivasi intrinsik dalam olahraga dapat berbentuk motivaasi kecakapan karena seorang atlet dengan motivasi intrinsik biasanya sangat bergairah untuk meningkatkan kompensinya untuk mencapai kesempurnaan. Mangejar kesempurnaan merupakan salah satu motivasi yang melekat pada diri atlet dengan mempergunakan tubuhnya sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan ketrampilan

Ø  Aspirasi
Merupakan salah satu factor yang mempunyai hubungan ereat dengan motivasi intrinsik, yang dalam belajar atau kegiatan dapat diartikan sebagai kehendak seseorang untuk mencapai suatu tujuan atau keberhasilan tertentu. Seseorang telah berhasil atau gagal sifatnya relative, tergantung pada apa dan seberapa besar yang ingin dicapai oleh yang bersangkutan. Tinggi rendahnya tingkat pencapaian yang ingin diupayakan oleh seseorang dapat disebut sebagai tingkat aspirasi. Tingkat aspirasi dapat menjadi semakin tinggi atu menjadi semakin rendah sejalan dengan pengalaman keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan kegiatan dengan situasi yang serupa. Seorang yang sering mengalami keberhasilan, tingkat aspirasinya dapat makin tinggi, sebaliknya seseorang yang elalu mengalami kegagalan, tingkat aspirasinya dapat menjadi rendah.
Tingkat aspirasi sangat berkaitan dengan optimism yang dimiliki seseorang. Menetapkan tinkat aspirasi bagi seseorang adalah angat penting, tapi harus sesuai dengan kenyataan. Tingkat aspirasi sebaiknya ditetapkan sesuai dengan keberhasilan yang pernah dicapai, tingkat pencapaian yang ada sekarang, dan kemampuan yang dimiliki. Tingkat aspirasi yang positif dan realistis dapat digunakan untuk memperbaiki prestasi. Tingkat aspirasi yang rendah tidak akan membangkitkan kegairahan beruaha, seangkan tingkat aspirasi yang terlalu tinggi dapat menimbulkan frustasi karena tidak pernah merasa berhasil.
Ada bebarapa prinsip penting sehubungan dengan tingkat asoirasi yaitu :
1.      Keberhasilan akan meningkatkan tingkat aspirasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan tingkat aspirasi
2.      Semakin besar tingkat keberhasilan, kemungkinan meningkatkan tingkat aspirasi makin besar.
3.      Tingkat prestasi lebih dipengaruhi oleh keberhasilan disbanding dengan kegagalan. Peningkatan prestasi lebih tampak sesudah mengalami kegagalan.
Ø  Klasifikasi motive
Berdasarkan sifat pemunculannya, motive dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1.      Motive primer (pertama)
Motive primer muncul tanpa dipelajari dan terjadi pada proses kematangan dan bersifat fisiologis/biologis. Timbulnya motif dapat secara internal maupun eksternal. Sebagai contoh motif yang timbul secara internal, misalnya karena terlalu banyak cairan tubuh yang keluar, maka akan mengakibatkan munculnya rasa haus yang menggerakkan perbuatan minum. Sedang motif primer yang mucul secara eksternal, misalnya sinar matahari yang terlalu panas menyengat kulit, maka akan menggerakkan seseorang untuk berusah lari mencari tempat berteduh terhadap terik matahari tersebut.
Motif fisiologis yang lain dapat digambarkan sebagai rasa lapar, lelah dan kebutuhan oksigen, sedangkan yang dapt dikategorikan sebagai motif umum adalah rasa cinta, ingin tahu, rasa takut dan kebutuhan akan aktivitas.
2.      Motive sekunder (kedua)
Motive sekunder muncul karena proses belajar atau berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki dan didapat diperoleh dari kondisi-kondisi tertentu.
Ada 12 macam motive sekunder yang bersifat psikologis pada kelompok adolesen, yaitu :
1.      Penerimaan, yaitu perasaan bahwa orang lain bersifat mendukung, menyetujui, dan menyegani dirinya.
2.      Pencapaian, yaitu kenutuhan untuk mencapai tujuan, pengetahuan, penghormatan dan status.
3.      Afeksi, yaitu perasaan dicintai dan dicintai.
4.      Pembenaran, yaitu perasaan sebagai seseoyang yang memuaskan dan bahwa sesuatu yang dikerjakan memuaskan, menghindari celaan, kritik dan hukuman.
5.      Keikutsertaan, yaitu kebutuhan akan perasaan sebagai bagian dari kelompok atau kelembagaan.
6.      Penyesuaian diri, yaitu kebutuhan untuk menjadi seperti orang lain dan menghindari perbedaan.
7.      Ketergantungan, yaitu kebutuhan untuk tergantung pada orang lain untuk memperoleh dukungan emosional, perlindungan, dorongan, bantuan, dan ampunan.
8.      Kemandirian, yaitu kebutuhan untuk berbuat dengan caranya sendiri, mencukupi diri sendiri, dan bebas dari control orang lain.
9.      Kekuasaan atau pengaruh yang besar, yaitu kebutuhan untuk memimpin, memerintah, menguasai orang lain, mengatasi masalah dan rintangan, dan mempengaruhi orang lain.
10.  Dikenal, yaitu kebutuhan untuk dikenalsebagai individu yang lain daripada yang lain.
11.  Realisasi diri, yaitu kebutuhan untuk berfungsi, belajar, memahami, berbuat sebaik-baiknya, dan mencapai tujuan.
12.  Berbudi, yaitu kebutuhan memiliki catatan simpatik dari teman dan orangtua, dapat mengekspresikan pikiran dan masalah tanpa kehilangan afeksi dan status sosial.

3.      Hierarki motive menurut Maslow
Abraham H. Maslow (1945) menggambarkan motivasi manusia sebagai suatu hierarki yang terdiri dari lima tingkat. Tingkat-tingktan ini menunjukkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam suatu waktu tertentu. Kelima tingkat motivasi adalah sebagai nampak dalam gambar berikut :

FISIOLOGIS                                                          
 

                        RASA AMAN


                                                                  AVILIASI


                                                                            HARGA DIRI
                                                                                                             PENGEMBANGAN
                                                                                                                      DIRI              


Hierarki menurut Maslow

a.       Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan badan manusia dalam bentuk sandang, pangan dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan paling utama bagi kehidupan manusia. Kebutuhan-kebutuhan lain baru muncul bila kebutuhan primer tersebut secara relative sudah terpenuhi.
b.      Kebutuhan rasa aman akan timbul setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Setiap manusia butuh rasa aman akan keselamatan diri, baik secara fisik maupun psikis.
c.       Kebutuhan afiliasi akan muncul setelah kebutuhan rasa aman relative terpenuhi. Manusia pada dasarnya makhluk sosial yang ingin diterima menjadi anggota kelompok masyarakat tertentu dan ikut aktif dalam berbagai kegiatan.
d.      Kebutuhan harga diri menonjol setelah kebutuhan afiliasi terpenuhi. Setelah dirinya diterima di lingkungan tertentu, ia ingin agar kelompoknya membutuhkan dan menghargai dirinya. Setiap manusia mempunyai rasa harga diri, dan harga diri initerwujud dalam berbagai bentuk diantaranya adalah prestise dan kekuasaan. Oleh karena itu orang akan mengejar prestise dan kekuasaan untuk mencapai harga diri yang tinggi.
e.       Kebutuhan pengembangan diri merupakan motif yang paling akhir. Manusia ingin mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Motif pengembangan diri muncul dalam bentuk antara lain kebutuhan menjadi orang yang kompeten dan berhasil.
Hierarki motive menurut Maskow tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pada manusia terdapat kebutuhan dasar yang perlu pemenuhan secara bertahap. Kebutuhan tingkat-tingkat lanjutan baru nyata pemunculannya apabila kebutuhan tingkat dan sudah terpenuhi.
Ø  Emosi
Biasanya seseorang berbuat sesuatau dengan melibatkan emosi. Seperti halnya insting dan kebiasaan, pada dasarnya emosi sifatnya tanpa sadar. Emosi sangat berpemgaruh terhadap tindakan seseorang, dan menggambarkan berbagai keadaan kejiwaan manusia, misalnya kebahagiaan, kecemasan, ketakutan, keadaan tertekan, duka cita dan sebagainya.
Emosi merupakan respons dan reaksi psikologis dan fisiologis yang dihasilkan dari situasi yang ditangkap, mempunyai sifat pembawaan, pati banyak factor yang mempengaruhinya, seperti tingkat kematangan seseorang yang dapat berpengaruh terhadap pengendalian emosi.
Dalam kegiatan olahraga emosi merupakan factor yang penting dalam usaha pencapaian prestasi. Pengeruh yang diberikan dapat bersifat negative atau positif, tergantung dari tingkat emosional yang muncul serta kemampuan mengontrolnya.
Beberapa keadaan emosional yang berhubungan erat dengan olahraga adalah : ketegangan, tekanan, dan kecemasan.

1.      Ketegangan (tension)
Ketegangan dapat berarti reaksi syaraf terhadap suatu situasi, misalnya perasaan mental Karen ketakutan atau kesalahan, kelelahan secara fisik maupun mental, atau dapat berarti ketegangan otot-otot dalam bereaksi melawan beban. Guru olahraga perlu memperhatikan terjadinya ketegangan mental maupun otot dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswanya. Tegangan otot sangat diperlukan dalam melakukan berbagai kegiatan olahraga, seangkan kegiatan olahraga itu sendiri itu dapat digunakan untuk menurunkan atau menghilnagkan ketegangan mental yang tak perlu.
      Ketegangan juga dapat menimbulkan terjadinya gejolak atau gairah (arasual) unuk berbuat sesuatu dalam aktivitas seseorang sebagai fungsi dari emosi dan motivasi. Seperti halnya motivasi, maka emosi juga perlu ditimbulkan dalam situasi yang tepat untuk memberikan pengaruh yang menguntungkan dalam usaha mencapai tujuan.

2.      Tekanan (stress)
Tekanan atau keadaan tertekan berasal dari pengaruh psikologis, fisiologis dan emosional. Stress adalah suatu istilah yang telah digunakan secara luas. Hamper setiap orang mengalami keadaan stress dalam kegiatan sehari-hari dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan cara-cara penanggulangannya.
Timbulnya stress untuk setiap individu sifatnya relative. Suatu situasi tertentu dapat menimbulkan terjadinya stress bagi seseorang, tetpi bagi orang lain ternyata tidak merasakan sebagai sebab timbulnya stress. Sebagai contoh dalam prtandingan olahraga, seorang pemain merasakan stress karena ulah penonton yang gaduh dan bersorak-sorai yang berakibat buruk bagi penampilannya, sedangkan pemain lain beranggapan bahwa situaasi yang demikian justru dapat membangkitkan semangatnya untuk brmain lebih baik.
Penyebab gejala stress tidak spesifik, tetapi akibat terhadap keadaan fisiologia adalah spesifik, yaitu keseimbangan tubuh internal (homeostatis) terganggu.
Stress tidak dapat dihindari oleh seseorang, yang penting adalah bagaimana seseorang dapat mengatasi stress yang timbul sehingga tidak mengganggu penampilannya. Hidup pada dasarnya merupakan proses penyesuaian (adaptasi). Bila seseorang tidsk msmpu beradaptasi terhadap suatu keadaan, maka akan timbul stress.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa stress mempunyai pengeruh yang berbeda terhadap tugas-tugas yang kompleks, sedangkan terhadap tugas yang sederhana tidak berpengaruh, bahkan dapat menunjang upaya pencapaian prestasi yang lebih baik. Apabila suatu keterampilan dipelajari dengan baik, stress tidak akan tampak pengaruhnya. Dalam beberapa kasus tertentu dengan peningkatan belajar, stress dapat digunakan sebagai usaha peningkatan prestasi.

3.      Kecemasan (anxiety)
Kecemasan merupakan reaks normal yang terjadi pada diri seseorang. Keadaan cemas ada hubungannya dengan rasa takut atau keadaan tertekan. Rasa cemas dapat menurunkan efisiensi perceptual, tetapi pada tingkat yang rendah justru menimbulkan kesiagaan, sehingga seseorang dapat membedakan stimulus lingkunag dengan lebih baik.
Dalam menghadapi suatu pertandingan olahraga keadaan vemas sering timbul. Bagi seorang atlet yang sudah berpengalaman, kecemasan yang timbul dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu konsentrasi. Sebaliknya bagi atlet yang kurang berpengalaman, sering timbul kecemasan yang berlebihan sehingga mengganggu penampilannya.
Anxiety dapat diartikan sebagai perasaan takut, cemas atau khawatir akan terancam keselamatan kepribadiannya. Anxiety akan makin memuncak pada umur 20tahun, karena pada umur tersebut seseorang sedang mendekati puncak pengembangan potensi-potensi fisik dalam kegiatan olahraga dan merupakan saat yang produktif untuk menuju puncak prestasi. Pada umur 30tahun, anxiety cenderung menurun tetapi setelah umur 60tahun mulai naik lagi.
Hubungan antara anxiety dengan penampilan gerak dapat dinyatakan dengan adanya dua teori. Teori pertama merupakan hasil perbaikan dari teori drive berdasarkan  hasil tes yang dikembangkan oleh Martens (1972,1972). Dan hasilnya menyatakan bahwa teori teori tersebut kurang mendapatkan dukungan. Teori drive menyatakan bahwa hubungan antara anxiety dengan penampilan gerak merupakan hubungan yang linear, artinya setiap kenaikan tingkat anxiety selalu diikuti oleh kenaikan penampilan gerak.
Teori lain yang menyatakan hubungan antara anxiety dengan penampilan gerak adalah teori U-terbalik, yang berpostulat bahwa hubunhgan tersebu berbentuk u-terbalik. Dengan demikian tingkat anxiety yang rendah maupun yang tinggi sama-sama menghasilkan tingkat penampilan gerak yang rendah, sedangkan tingkat anxiety yang menengah/sedang justru menghasilkan penampilan gerak yang tinggi.






Untuk mnggambarkan perbedaan antara teori drive dengan teori U-terbalik dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
                               Tinggi                                                                                                                            

                                                                                                                                                     
           Tingkat penamilan

                                                                                                                                                teori      
                                                                                                                                           U-terbalik                                                                                                                               
                                                                              teori drive
                                                                    

                              Rendah
                                           Sangat rendah                   tingkat anxiety                          sangat tinggi      
            Hubungan antara aniety dengan penampilan gerak, dalam teori drive dan U-terbalik. Tingkat anxiety umumnya berubah-ubah, seperti yang terlihat dalam menghadapi suatu pertandingan. Perubahan-perubahan tersebut terlihat pada awal sebelum pertandingan dimulai, selama pertandingan berlangsung, dan mendekati akhir pertandingan, yaitu sebagai berikut :
a.       Sebelum pertandingan, tingkat anxiety naik diebabkan oleh berbagai bayangan tentang beratnya tugas atau lawan yang akan dihadapi dalam pertandingan.
b.      Selama pertandingan tingkat anxiety biasanya menuun karena atlet sudah mengadaptasikan dirinya dengan situasi pertandingan sehingga keadaan sudah dapat dikuasainya.
c.       Mendekati akhir pertandingan, tingkat anxiety mulai naik lagi, apalagi bila terjadi pertandingan yang seimbang dan sifat pertandingannya sangat menentukan, misalnya dalam final atau penenuan kemenangan regu.
Dalam pertandingan-pertandingan yang memerlukan waktu lama, seperti menembak, panahan dan beberapa nomor atletik, tingkat anxiety biasanya makin lama makin meningkat.
Ø  Teknik-teknik untuk meningkatkan motivasi
Usaha meningkatkan motivasi marupakan salah satu ausaha meningkatkan semangat belajar siswa. Berapa macam tenik dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi, yaitu sebagai berikut :

1.      Motivasi verbal
Motivasi verbal dapat dilakukan dengan cra melakukan percakapan pendek untuk membangkitkan semangat (pep talks), diskusi kelompok (team talks) dan pendekatan individu (individual talks). Agar hasilnya efektif, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan :
a.       Langkah pertama, memberikan pujian terhadap hasil yang telah dilakaukan oleh atlet dan menjelaskan perannya terhadap regu.hal ini dilakukan untuk mendorong atlet agar mempunyai rasa percaya diri dan melakukan tugasnya dengan baik.
b.      Langkah kedua, memberikan dorongan semangat dan sugerti. Setiap koreksi yang diberikan harus bersifat membangun, evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif, dan kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam usaha meningkatkan keterampilan harus dicari pemecahannya dengan memberikan petunjuk yang benar.
c.       Langkah ketiga, memberikan petunjuk an pengertian tentang manfaat kegiatan yang sedang dilakukan. Dalam memberikan petunjuk sebaiknya tidak diberikan secara berlebihan dan emosional.

2.      Motivasi behavioral (perilaku)
Untuk mencapai tujuan dengan berhasil seseorang harus dbina dan diarahkan menuju perilaku yang baik yaitu : jujur, disiplin, sportif, memiliki dedikasi yang tinggi dan terpuji. Dalam hal ini contoh perilaku yang positif dari seorang guru atau pelatih mermegang peranan yang penting. Dengan contoh-contoh perilaku yang positif dari guru atau pelatihnya diharapkan anak asuhnya akan dapat termotivasi untuk berperilaku positif pula dalam usaha mencapai keberhasilan, baik dalam olhraga maupun hidup bermasyarakat.

3.      Motivasi insentif
Motivasi insentif merupakan dorongan dengan cara memberikan insentif atau hadiah-hadiah, dengan tujuan :
a.       Menambah semangat belajar dan berlatih
b.      Menambah gairah dan ambisi untuk berprestasi
Cara ini dapat memberikan motivasi kepada seseorang unuk berusaha lebih kuat dalam mencapai tujuan. Akan tetapi apabila diberikan secara terus-menerus akan memberikan kondisi yang kurang wajar terhadap siswa atau atlet. Mereka yang terbiasa memperoleh hadiaih, apabila pada suatu saat tidak ada hadiah atau menerima hadiah yang lebih sedikit disbanding biasanya, maka mereka akan frustasi, acuh atau bahkan patah semangat.
Oleh karena itu insentif sebaiknya diberikan secera hati-hati, diberikan pada situasi yang tepat, dan jangan secara berlebihan. Motivasi insentif sebaiknya bukan merupakan satu-satunya motivasi yang diberikan pada seseorang, tetapi harus diimbangi dengan motivasi yang lain.

BAB III
PENUTUP

Keseragaman untuk definisi motivasi memang sulit dilakukan. Stiap ahli memberikan definisi yang berbeda, namun mempunyai pengertian yang sama. Mempelajari motivasi berkenaan dengan kpndisi yang menentukan tujuan seseorang dan perbuatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Antara motivasi dengan perbuatan dapat diidentifikasi adanya siklus yang melibatkan tiga komponen, yaitu ibulnya motivasi, perbuatan termotivasi, dan kondisi terpuaskan.
Dalam hubungan antara motivsi dengan prestasi inyatakan bahwa preatsi terbaik (optimal) dicapai apabila motivasi tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi atau dapat dikatakan bahwa preatasi tidak selalu meningkat sejalan dengan bertambahnya motivasi. Pada taraf tertentu peningkatan besarnya motivasi justru berakibat buruk terhadap pencapaian prestaasi.
Sumber motivasi yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsic. Motivasi ekstrinsik timbul krena adanya rangsangan dari luar atau bersifat eksrernal, seangkan motivasi intrinsik timbul dari dalam diri atlet itu sendiri atau bersifat internal. Berdasarkan sifat pemunculannya, motive dapat diklasifikasikan manjadi motive primer dan motive sekunder.
Emosi merupakan respons dan reaksi psikologis dan fisiologis yang dihasilkan dari situasi yang ditangkap, banyak factor yang mempengaruhinya, seperti tingkat kematangat seseorang dapat berpengaruh terhadap pengendalian emosi. Beberapa keadaan emosional yang berhubungan erat dengan olahraga, misalnya, ketegangan, tekanan, kecemasan.



DAFTAR PUSTAKA


Kratwohl, David R. et.al.,Taxonomy of Educational Objectives, Handbook II: Affec-
tive Domain.   New York; Longman, 1964.

Magill, Richard A., Motor Learning Concept and Aplications, Dubaque:wm.c.
 Burou Company publishers, 1980.

Martinek,Ronald G., Information Processing in Motor Skill, New York: Holt,
            Rinehart and Winston, 1976.

Neilson, N.P., Concepts and Objectives in Movement Art & Sciences, New York:
            Vantage Press, 1978.

Oredine, Joseph B., Psichology of Motor Learning, New Jersey: Prentice Hall
            Inc, 1984.

Singer, Robert N., Motor Leraning and Human Performance: An Aplication to
            Physical Education Skills. Ne York: Macmillan Publishing Co., Inc, 1975.
           




           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar